Baca Juga: Menteri Kesehatan Imbau Masyarakat Hindari Keluar Rumah Selama 3 Bulan? Ini Faktanya!
Dalam bahasa kakawin, kuburan disebut ksetra, sementara dalam Bahasa Jawa Kuno, disebut sema.
Meskipun Calon Arang dan Mpu Baraddah sama-sama memiliki kedewaguruan di kuburan, suasana keduanya sengaja dikontraskan.
Jika mandala Calon Arang terkesan menakutkan, mandala Mpu Baraddah malah disebut bagaikan sorga Dewa Wisnu yang turun ke dunia.
Baca Juga: Sengaja Provokasi, Seorang Turis hendak Diserang 11 Harimau Putih di Taman Margasatwa China
Lontar Calon Arang menyebutkan mandala Mpu Baraddah berhiaskan aneka bunga yang cantik, diantaranya asoka, angsana, kencana, melati, seruni, bunga tunjung, puring, bunga teleng, bunga sepatu, cempaka gondok, dan banyak lagi.
Sementara mandala Calon Arang ditumbuhi pohon beringin dan kepuh yang besar, dengan akar rimbun menudungi balai pengajaran.
Diduga, pohon kepuh dan beringin dianggap angker oleh masyarakat Jawa Kuno. Dugaan ini sejalan dengan Kakawin Sutasoma, bahwa pohon kepuh dan beringin juga menghiasi altar pemujaan Dewi Durga di kuburan.
Baca Juga: Jika Tanpa Uzur Syar'i, Hukum Meninggalkan Sholat Jumat Sebagai Kemaksiatan Besar
Maka perlu diingat, Tantra yang dijalankan Calon Arang berbeda dengan yang dijalankan oleh Mpu Baraddah, maupun Raja Kertanegara, seorang tokoh Tantra terbesar di Nusantara.