Layaknya Batara Guru yang menatap racun Kalakuta hingga berubah menjadi air kehidupan Amertha, sebagaimana diceritakan dalam kisah Tantu Panggelaran.
Baik Mpu Baraddah maupun Calon Arang, memiliki perguruan atau kedewaguruan di kuburan, khas pengikut Tantra.
Baca Juga: Aturan Penerbangan di Luar Jawa-Bali Bisa Gunakan Tes Antigen, Ada Pengecualian
Kok ada kuburan?
Bukankah Majapahit itu kerajaan Hindu-Buddha, yang berarti mayatnya harus dibakar?
Di Jawa kuno, terdapat banyak lapis sosial, dan Indianisasi bisa jadi hanya menyentuh kalangan atas atau bangsawan.
Sementara masyarakat di arus bawah, tetap pada kepercayaan asli, yang ditandai dengan tradisi memuja leluhur di gunung menggunakan punden berundak, serta ritus penguburan jenazah.
Kalau kita cek sikang dengan Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular, kita pun mendapati bahwa di zaman keemasan Majapahit pun sudah ada kuburan.
Kitab Sutasoma, juva menggambarkan suasana kuburan, yang diberi pagar, serta dihias pohon bidara dan rukem. Bahkan ada pula mayat yang ditumpuk dan menjadi makanan gagak.