Karena ada tradisi penyalinan lontar yang menyebabkan naskah Calon Arang yang kita miliki cukup banyak.
Kisah ini sesungguhnya memberikan sejumlah informasi penting, mengenai ajaran Tantrayana yang marak di akhir masa Majapahit. Yakni, di awal abad ke-16 saat naskah ini ditulis.
Misalnya, naskah ini mengisyaratkan keberadaan Tantra aliran kanan atau panengen, dan aliran kiri yang disebut pangiwo. Melalui dua sosok yang berseberangan, yakni Mpu Baraddah dan Calon Arang.
Baca Juga: Mengejutkan! Sheila Marcia Ungkap Penyebab Kenakalannya di Masa Lalu, Kecewa Terhadap Sang Ayah
Jika kita kaji berbagai naskah, akan terlihat bahwa perbedaan kedua aliran ini, terletak pada cara para pelakunya mengatasi halqngan untuk mencapai pencerahan.
Aliran kanan memilih menjauhi gangguan, sehingga pelakunya pun menjalani kehidupan yang suci dan asketis.
Sementara aliran kiri menguasai gangguan, dan mengubahnya menjadi alat menuju pencerahan.
Analoginya demikian: Untuk terhindar dari gangguan ular, aliran kanan berusaha menjauhinya, sementara aliran kiri memutuskan mengambil bisa ular untuk menjadikannya penawar racun.