Baca Juga: Duduki Peringkat Pertama di 94 Negara, Squid Game Sedot 142 Juta Penonton
Cerita ini kemudian berkembang menjadi beberapa varian, tergantung daerah asalnya.
Bagi penganut Tantra, baik di Majapahit akhir maupun sesudahnya, sosok Durga Mahesasuramardini tidak mengalami perubahan.
Mereka memujanya sebagai lambang kebutuhan akan shakti yang besar, untuk menghancurkan energi asura di dalam diri mereka akan mencapai kesempurnaan.
Namun, bahi kalangan di luar yang awam, yang tidak pernah memiliki kebutuhan eksotris, di mana mereka hanya bergulat dengan kondisi kebutuhan sehari-hari yang kadang-kadang tidak ideal, mereka lebih membutuhkan sosok Durga Ra Nini untuk membebaskan mereka dari kesulitan hidup, yang kemudian dikenal dengan tradisi ruwat.
Dan seperti yang sudah umum terjadi dalam hukum sosial, apa yang populer di kalangan arus bawah, akan mengalahkan apa yang populer di kalangan elit.
Masyarakat Jawa kuno memiliki lapis-lapis sosial yang tidak benar-benar menyatu. Masing-masing memiliki permasalahannya sendiri.
Baca Juga: Siapkan Diri Hadapi Perang Besar, Tentara Lakukan Ini
Di lapis sosial bawah, Jawa menampilkan kekuatan aslinya, yakni sinkretis dan akulturasi.