Kisah Pangeran Diponegoro: Perang Jawa 1825, Garis Takdir Sang Singa Mataram

- 11 November 2021, 20:05 WIB
Ilustrasi Pangeran Diponegoro. Tangkapan Layar YouTube/@MARKEMPROSS
Ilustrasi Pangeran Diponegoro. Tangkapan Layar YouTube/@MARKEMPROSS /

Baca Juga: Kondisi Suami Semakin Memburuk, Oki Setiana Dewi Pending Pernikahan Ria Ricis

Inggris memerintah hingga tahun 1815 dan mengembalikan Jawa kepada Belanda, sesuai isi perjanjian Wina di bawah Gubernur Jenderal Belanda Van Der Capellen.

Pad masa pemerintahan Inggris, Sri Sultan Hamengkubuwono III wafat dan digantikan putranya, adik tiri Pangeran Diponegoro, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IV yang berusia 10 tahun.

Sementara itu, Pangeran Notokusumo menjadi adipati di Kadipaten Pakualaman, sekaligus sebagai wali raja. Sedangkan Patih Danurejo III bertindak pula sebagai wali raja.

Pada tanggal 6 Desember tahun 1822, Sri Sultan Hamengkubuwono IV meninggal dunia pada usia 19 tahun. Ratu Ageng dan Gusti Ratu Kencono, memohon dengan sangat kepada Pemerintah Belanda untuk mengukuhkan putra Sultan Hamengkubuwono IV, yang masih berusia II tahun untuk menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono V, serta tidak lagi menjadikan Pakualam sebagai Wali Raja.

Pangeran Diponegoro selanjutnya diminta menjadi wali bagi keponakannya tersebut bersama dengan Pangeran Mangkubumi.

Presiden baru Yogyakarta, yaitu Congker Anthonie Hendriks bertindak keterlaluan dengan terlibat dalam penunjukan Sultan pada bulan Juni tahun 1823.

Pangeran Diponegoro memang tetap menerima posisi sebagai wali Sultan bersama Mangkubumi, Ratu Ageng dan Ratu Kencono.

Namun, posisi Pangeran Diponegoro semakin tidak dianggap.

Tanggal 29 Oktober 1824, Pangeran Diponegoro mengadakan pertemuan di rumahnya yang berada di Tegalrejo untuk membahas mengenai kemungkinan pemberontakan pada bulan Agustus.

Halaman:

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@MARKEMPROSS


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x