Kisah Pangeran Diponegoro: Perang Jawa 1825, Garis Takdir Sang Singa Mataram

- 11 November 2021, 20:05 WIB
Ilustrasi Pangeran Diponegoro. Tangkapan Layar YouTube/@MARKEMPROSS
Ilustrasi Pangeran Diponegoro. Tangkapan Layar YouTube/@MARKEMPROSS /

Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengkonsolidasikan pasukan dan menyebarkan mata-mata. Provokator mereka bergerak di desa-desa ke kota. Menghasut, memecah-belah dan bahkan mereka anggota keluarga para Pangeran dan para pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang di bawah komando Pangeran Diponegoro.

Namun, para pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda. Pada pertempuran di Plered, yang berkecamuk pada tanggal 9 Juni tahun 1826 merupakan salah satu pertempuran terburuk selama masa perang Jawa.

Sekitar 2.000 laskar Pangeran Diponegoro bertahan di dalam benteng keraton bekas istana pada masa pemerintahan Amangkurat I.

Tembok setinggi 7 meter yang membentang tersebut, menjadi saksi bisu gugurnya ribuan laskar Diponegoro, tempat yang sama sekitar 100 tahun sebelumnya, juga menjadi saksi 5.000 lebih ulama dan rakyat Mataram dibantai oleh Amangkurat I karena mendukung Pangeran Alit.

Pada tahun 1827, Belanda melakukan taktik penyerangan terhadap pasukan Pangeran Diponegoro, dengan menggunakan sistem benteng.

Taktik ini digunakan untuk menjepit lagi pasukan Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1829, Kyai Mojo, pemimpin perlawanan spiritual ditangkap.

Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasyah Sentot Prawirodirjo. Akhirnya, pada hari kedua lebaran, yaitu tanggal 2 Syawal 1245 Hijriyah atau tanggal 28 Maret tahun 1830, Belanda menangkap sang pangeran dan memisahkannya dari para pengikutnya.

Penangkapan di Magelang ini, dilakukan secara licik, karena Belanda membungkus jebakan pertemuan tersebut sebagai pertemuan silaturahmi dan perundingan.

Sehingga, kala itu sang pangeran tetap berprasangka baik. Sang pangeran tidak menduga Belanda akan melakukan penangkapan dengan cara-cara kotor di saat lebaran.

Apalagi, sebelumnya di kala bulan puasa terjadi gencatan senjata dan Belanda kala itu juga bersepakat tidak mengganggu sang pangeran dan para pengikutnya yang sedang menjalani jbadah Ramadhan di kawasan Bukit Menoreh.

Halaman:

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@MARKEMPROSS


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah