Kisah Pangeran Diponegoro: Perang Jawa 1825, Garis Takdir Sang Singa Mataram

- 11 November 2021, 20:05 WIB
Ilustrasi Pangeran Diponegoro. Tangkapan Layar YouTube/@MARKEMPROSS
Ilustrasi Pangeran Diponegoro. Tangkapan Layar YouTube/@MARKEMPROSS /

Bagi Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya, perang ini merupakan perang jihad melawan Belanda. Sebagai seorang muslim yang sholeh, Pangeran Diponegoro merasa tidak senang dengan religiusitas yang kendur di Istana Yogyakarta akibat pengaruh Belanda.

Di samping pula, kebijakan-kebijakan pro Belanda yang dikeluarkan oleh istana. Infiltrasi pihak Belanda di istana telah membuat Keraton Yogyakarta seperti rumah bordir.

Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan infantri, kavaleri dan artileri yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran perang frontal di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit.

Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya, sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai oleh pasukan Belanda pada siang hari, maka pada malam harinya, wilayah itu sudah direbut oleh pasukan pribumi, begitu pula sebaliknya.

Jalur-jalur logistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-puluh kilang mesiu dibangun di tengah hutan dan di dasar jurang.

Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus menerus, sementara peperangan semakin berkecamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi perang.

Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama. Karena taktik dan strategi yang jitu, hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi.

Serangan demi serangan rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan hujan, para Senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai senjata tak terkalahkan.

Bila musim penghujan tiba, Gubernur Belanda akan melakukan usaha-usaha untuk gencatan senjata dan berunding.

Karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri dan sebagainya merupakan musuh yang tak nampak. Melemahkan moral dan kondisi fisik, bahkan merenggut nyawa pasukan mereka.

Halaman:

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@MARKEMPROSS


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah