Netizen Heboh Anies Baca Buku ‘How Democracies Die’, Buku Tentang Apa? Simak Rangkuman Berikut!

- 23 November 2020, 15:32 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah foto tengah membaca buku berjudul ‘How Democracies Dies’. / instagram.com/aniesbaswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah foto tengah membaca buku berjudul ‘How Democracies Dies’. / instagram.com/aniesbaswedan /

Buku ini menggambarkan penelitian puluhan tahun dan berbagai contoh sejarah dan global, dari tahun 1930-an Eropa hingga kontemporer Hongaria, Turki, dan Venezuela, hingga Amerika Selatan. 

Levitsky dan Ziblatt menunjukkan bagaimana demokrasi mati dan bagaimana demokrasi itu dapat diselamatkan. 

Baca Juga: Xiaomi Redmi Note 9 vs Redmi Note 9 Pro, Mana yang Lebih Bagus? Simak Perbandingannya

Dalam buku tersebut, demokrasi dikatakan mungkin mati bukan di tangan para jenderal, tetapi di tangan para pemimpin terpilih. Para pemimpin tersebut adalah presiden atau perdana menteri yang menumbangkan proses yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan. 

Beberapa dari pemimpin ini membongkar demokrasi dengan cepat, seperti yang dilakukan Hitler setelah kebakaran Reichstag tahun 1933 di Jerman. Namun, demokrasi lebih sering terkikis secara perlahan dalam berbagai langkah yang nyaris kasat mata.

Dilansir dari The Independent, Penulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt memulai dengan memotivasi pertanyaan mereka dengan fenomena yang menarik. 

Baca Juga: Harga PS5 Terbaru di Indonesia Beserta Spesifikasinya, Simak Di Sini

Sejak akhir Perang Dingin, sebagian besar negara demokrasi belum digulingkan secara eksternal oleh kudeta militer yang kejam, tetapi secara internal melalui kotak suara dan kemudian direbutnya institusi politik oleh para otokrat.

Khawatir dengan pemilihan Donald Trump, para penulis ingin mengungkap pola serupa seperti yang mereka katakan. Sejarah kelam seperti terulang kembali, mulai dari erosi kelembagaan lintas negara demokrasi, baik di masa lalu maupun yang lebih baru, termasuk Venezuela, Turki, dan Hongaria.

Dalam buku ini disebutkan salah satu ironi besar bagaimana demokrasi mati adalah bahwa pertahanan demokrasi sering digunakan sebagai dalih untuk subversi. Pada saat itu, otokrat terpilih menggunakan krisis ekonomi, perang , atau serangan teroris untuk membenarkan tindakan antidemokrasi.

Halaman:

Editor: Nugroho

Sumber: The Independent


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah