Di Luar Akal Manusia, Pertarungan Dahsyat Sunan Bonang dengan Brahmana Sakti

19 Oktober 2021, 00:54 WIB
Ilustrasi Sunan Bonang, tangkapan layar YouTube/@JejakPrasejarah /

LAMONGAN TODAY - Agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya Pulau Jawa salah satunya dengan cara disebarkan oleh Wali Songo.

Salah satu Wali Songo yaitu Sunan Bonang, pernah ditantang oleh seorang Brahmana dari India bernama Sakyakirti.

Agama Islam yang menyebar luas di tanah Jawa, cukup menggemparkan belahan dunia lain. Termasuk para Pendeta Brahmana dari India.

Baca Juga: One Piece Episode 996 Ditunda, Tanggal Rilis Terbaru dan Spoilernya: Onigashima Kacau, Luffy Nyatakan Perang

Salah seorang Brahmana bernama Sakyakirti merasa penasaran. Maka bersama beberapa orang muridnya, ia berlayar menuju Pulau Jawa.

Dibawanya pula kitab-kitab referensi yang telah dipelajari untuk dipergunakan berdebat dengan penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

"Aku Brahmana Sakyakirti akan menantang Sunan Bonang untuk berdebat dan adu kesaktian," ujar Brahmana itu sembari berdiri di atas geladak kapal layar.

Baca Juga: Profil Lu Guang Zu Lawan Anthony Ginting di Final Thomas Cup 2020, Unggulan Keempat China Gantikan Shi Yu Qi

"Jika dia kalah, maka akan kutebas batang lehernya, jika dia menang, maka aku akan bertekuk lutut untuk mencium telapak kakinya, akan kuserahkan jiwa ragaku kepadanya."

Murid-muridnya yang selalu berdiri dan mengikutinya dari belakang, menjadi saksi atas sumpah yang dia ucapkan di tengah samudra.

Namun, ketika kapal layar yang ditumpanginya sampai di perairan Tuban, mendadak laut yang tadinya tenang, tiba-tiba bergolak hebat.

Baca Juga: Gelar MMT, PB PMII Dorongan Kader Cakap Manfaatkan Ruang Digital

Angin dari segala penjuru seolah berkumpul menjadi satu untuk menghatam air laut, sehingga menimbulkan badai setinggi bukit.

Dengan kesaktiannya, Brahmana Sakyakirti mencoba memukul badai yang menerjang kapal layarnya.

Satu dua kali hal itu dapat dilakukannya, namun terjangan ombak yang kelima kali, langsung membuat kapal layarnya tenggelam ke dalam laut.

Baca Juga: Profil Daniel Marthin Atlet Badminton Ganda Putra Indonesia, Curi Perhatian Dipasangkan dengan Mohammad Ahsan

Dengan susah payah, Ia mencabut beberapa balok kayu untuk menyelamatkan diri dan menolong beberapa orang muridnya, agar jangan sampai tenggelam ke dasar samudra.

Walaupun pada akhirnya Ia dan para pengikutnya berhasil menyelamatkan diri, namun kitab-kitab referensi yang hendak dipergunakan untuk berdebat dengan Sunan Bonang, telah tenggelam ke dasar laut.

Padahal kitab-kitab itu didapatkannya dengan susah payah. Cara mempelajarinya pun tidak mudah.

Baca Juga: Terjerat Sanksi WADA Sampai Tak Bisa Kibarkan Merah Putih Usai Juarai Piala Thomas, Ini Langkah Menpora

Ia harus belajar bahasa Arab terlebih dahulu, pura-pura masuk Islam dan menjadi murid ulama besar di Negeri Gujarat.

Kini, setelah sampai di Laut Jawa, tiba-tiba kitab yang tebal itu hilang musnah ditelan air laut.

Tapi niatnya untuk mengadu ilmu dengan Sunan Bonang tak pernah surut.

Baca Juga: Nama Lucas WayV Tidak Ada di Merchandise Terbaru NCT, Dikeluarkan SM Entertainment Diam-diam?

Ia dan murid-muridnya telah terdampar di tepi pantai yang tak pernah dikenalnya.

Ia agak bingung harus kemana untuk mencari Sunan Bonang. Ia menoleh kesana-kemari untuk mencari seseorang untuk dimintai petunjuk jalan.

Namun tak terlihat seorang pun di pantai itu. Saat hampir putus asa, tiba-tiba di kejauhan dia melihat seorang lelaki berjubah putih sedang berjalan sembari membawa tongkat.

Baca Juga: 1,37 Ton Ganja Senilai Rp7 Miliar Berhasil Disita, 12 Terangka dan 6 Masih DPO

Ia dan murid-muridnya segera menghampiri dan menghentikan lelaki itu.

Lelaki berjubah putih itu menghentikan langkah dan menancapkan tongkatnya ke pasir.

"Kisanak, kami berasal dari India dan mencari ulama besar bernama Sunan Bonang. Dapatkah kisanak memberi tahu di mana kami bisa bertemu dengannya?" kata sang Brahmana.

Baca Juga: Bikin Bangga! Rian Ardianto Ikut Harumkan Nama Indonesia Juara Piala Thomas, Bupati Bantul ucapkan Selamat

"Untuk apa tuan mencari Sunan Bonang?" tanya lelaki itu.

"Akan saya ajak berdebat tentang masalah keagamaan," kata sang Brahmana.

"Tapi, sayangnya kitab-kitab yang saya bawa telah tenggelam ke dasar laut. Meski demikian, niat saya tak pernah padam, masih ada beberapa hal yang saya ingat sebagai bahan perdebatan."

Baca Juga: 60.000 Pekerja Film Batal Mogok Usai Capai Kesepakatan dengan Produser, Mengancam Gangguan Luas Hollywood

Tanpa banyak bicara, lelaki berjubah putih itu mencabut tongkatnya yang menancap di pasir.

Mendadak, tersemburlah air dari tempat tongkat itu menancap, membawa keluar semua kitab yang dibawa sang Brahmana.

"Itukah kitab-kitab tuan yang tenggelam ke dasar laut?" tanya lelaki itu.

Baca Juga: Telah Lama Dinantikan, MONSTA X Comeback November Tanpa Shownu yang Wajib Militer

Sang Brahmana dan pengikutnya memeriksa kitab-kitab itu. Ternyata benar miliknya sendiri.

Berdebarlah hati sang Brahmana, sembari menduga-duga siapa lelaki berjubah putih itu.

Murid-murid sang Brahmana yang sejak tadi sudah kehausan, langsung saja menyerobot air jernih yang memancar itu.

Baca Juga: Demon Slayer: Kimetsu No Yaiba Mugen Train Arc, Simak Momen Serunya

Brahmana Sakyakirti memandangnya dengan rasa khawatir. Jangan-jangan muridnya itu akan segera mabuk, karena minum air di tepi laut yang pastilah banyak mengandung garam.

"Segar, aduh segarnya," seru murid-murid sang Brahmana dengan girangnya.

Yang lain segera berebutan untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

Baca Juga: Usai Perkenalkan Zuu, Secret Number Kembali Umumkan Anggota Baru, Inilah Sosoknya

Brahmana Sakyakirti tercengang, bagaimana mungkin air di tepi pantai terasa segar? Ia mencicipinya sedikit.

Memang segar rasanya. Rasa herannya semakin menjadi-jadi jika berpikir tentang bagaimana lelaki berjubah putih itu menciptakan lubang air memancar dan mampu menghisap kitab-kitab yang telah tenggelam ke dasar laut.

Pastilah orang berjubah putih itu bukan orang sembarangan. Ia sudah mengerahkan ilmunya untuk mendeteksi apakah semua itu hanyalah tipuan ilmu sihir, ternyata bukan.

Baca Juga: Roro Esti Dorong Barata Tingkatkan Konten Lokal Bangun Kemandirian Industri

Bukan ilmu sihir, tapi kenyataan.

"Seribu Brahmana di India tak mampu melakukan hal ini," pikir sang Brahmana.

Dengan rasa was-was, takut dan gemetar, ia menatap wajah lelaki berjubah putih itu.

Baca Juga: Shi Yuqi 'Kabur' di Semifinal Thomas Cup 2021, Warganet Menilai Tidak Menghargai Kento Momota

"Apakah nama daerah tempat saya terdampar ini?" Tanya sang Brahmana dengan hati ketar-ketir.

"Tuan berada di Pantai Tuban," jawab lelaki itu.

Serta merta Brahmana dan para pengikutnya menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan lelaki itu.

Baca Juga: Diluar Dugaan! Dianggap Kuda Hitam, Team Spirit Juara Dota 2 The International 10

Mereka sudah dapat menduga bahwa lelaki berjubah putih itu adalah Sunan Bonang sendiri.

"Bangunlah! Untuk apa engkau berlutut kepadaku? Bukankah sudah kau ketahui dari kitab-kitab yang telah engkau pelajari bahwa sangat terlarang bersujud kepada sesama makhluk."

"Sujud hanya pantas dipersembahkan kepada Allah Yang Maha Agung," kata lelaki berjubah putih yang tak lain memang Sunan Bonang adanya.

Baca Juga: Membongkar Fakta dan Dusta Peradaban Majapahit, Kritik Sumber supaya Tidak Tertipu Hoax!

"Ampun, ampunilah saya yang buta ini, tak melihat tingginya gunung di depan saya, ampunkan saya," rintih sang Brahmana.

"Bukankah kau mau berdebat denganku, juga mau mengadu kesaktian?" tukas Sunan Bonang.

"Mana berani saya melawan paduka, setelah ombak badai yang menyerang kapal kami juga ciptaan paduka."

Baca Juga: Sungai Cileueur Mengganas Tewaskan 11 Siswa MTs Harapan Baru Cijantung, Ini Sebabnya

"Kesaktian paduka tak terukur tingginya, ilmu paduka tak terukur dalamnya," kata Brahmana Sakyakirti.

"Kau salah, aku tak mampu menciptakan ombak dan badai," ujar Sunan Bonang.

"Hanya Allah yang mampu menciptakan dan menggerakkan seluruh makhluk."

Baca Juga: Fakta Menarik Member Secret Number: Ada Dita Karang dari Indonesia, Jinny dan Denise Pernah jadi Trainee YG

"Allah melindungi orang yang percaya dan mendekat kepadanya dari segala mara bahaya dan niat jahat seseorang."

Sang Brahmana merasa malu, memang kedatangannya bermaksud jahat. Ingin membunuh Sunan Bonang melalui adu kepandaian san adu kesaktian.

Ternyata niatnya tak kesampaian. Apa yang telah dibacanya dalam kitab-kitab yang telah dipelajari terbukti, bahwa barang siapa memusuhi para walinya Allah, maka Allah akan mengumumkan perang kepadanya.

Baca Juga: Marcus Gideon Diistirahatkan Hadapi China di Partai Final, Berikut Susunan Pemainnya

Menantang Sunan Bonang, sama saja dengan menantang Tuhan yang mengasihi Sunan Bonang itu sendiri.

Ia membayangkan rasa takut saat teringat dirinya terombang-ambing diterjang ombak badai.

Berarti Tuhan sendiri yang telah memberinya pelajaran supaya mengurungkan niatnya memusuhi Sunan Bonang.

Baca Juga: Sepele, Inilah 5 Detail Dalam Squid Game yang Tak Tersorot

Ia percaya bahwa jika niatnya dilaksanakan, bukan Sunan Bonang yang kalah atau mati, tapi dia sendirilah yang bakal binasa.

"Kanjeng Sunan, sudilah menerima saya sebagai murid," kata Brahmana itu kemudian.

"Jangan tergesa-gesa," ujar Sunan Bonang.

Baca Juga: Tetap Tangguh! PSG vs Angers SCO Ligue 1: PSG Menang 2-1 Meski Tak Diperkuat Messi dan Neymar

"Kau harus mempelajari dan mengenal Islam lebih banyak lagi, lebuh lengkap lagi. Sebab, apa yang engkau pelajari hanya sebagian-sebagian saja."

"Jika engkau sudah memahami Islam secara keseluruhan, maka engkau boleh pilih tetap memeluk agama lama atau memilih Islam sebagai agamamu terakhir."

Sekali lagi sang Brahmana merasa malu, ternyata Sunan Bonang bersifat arif dan bijaksana, tidak memaksakan kehendak walau sudah berada di atas angin.

Baca Juga: Tertunda Karena Covid-19, China Akhirnya Rebut Piala Uber dari Jepang, Berikut Hasil Lengkapnya

Seandainya Sunan Bonang memperbolehkannya untuk berlutut, Ia akan bersujud dan menyembah sepasang kakinya.

"Bawa semua kitab-kitabmu, mari kita bahasi isinya bersama-sama," kata Sunan Bonang sembari melanjutkan langkahnya.

Brahmana Sakyakirti dan murid-muridnya segera mengumpulkan kitab-kitab yang tercecer lalu mengikuti langkah Sunan Bonang.

Baca Juga: Wapres Komentari Pergeseran Libur Maulid Nabi 2021, Biar Tidak Kejepit

Pada akhirnya, Ia dan murid-muridnya rela masuk Islam atas kesadarannya sendiri dan menjadi pengikutnya yang setia.

Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya Syeikh Maulana Maqdum Ibrahim, putra Sunan Ampel Dewi Condrowati, yang sering disebut Nyai Ageng Manila.

Ada yang mengatakan bahwa Dewi Condrowati itu merupakan putri Prabu Kertabhumi. Dengan demikian, Raden Maqdum adalah salah seorang pangeran Majapahit, karena ibunya adalah putri Raja Majapahit dan ayahnya adalah menantu Raja Majapahit.***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@JejakPrasejarah

Tags

Terkini

Terpopuler