Keraton Yogyakarta: Sepenggal Kisah Kehidupan dan Budaya Keraton Yogyakarta

- 11 Januari 2021, 16:47 WIB
Kisah Tanah Jawa mengungkap kisah kehidupan dan budaya Keraton Yogyakarta. /Youtube /Kisah Tanah Jawa
Kisah Tanah Jawa mengungkap kisah kehidupan dan budaya Keraton Yogyakarta. /Youtube /Kisah Tanah Jawa /

Kemudian ada gamelan yang hanya digunakan untuk upacara Khitanan. Ada gamelan yang digunakan untuk acara penobatan atau itu simbol dari Sultan.

Sedangkan Gunturlaut itu yang paling tua, yang notnya hanya ada tiga dan suaranya sangat rendah, karena itu yang paling tua. Terbuat dari logam yang sangat tebal, jadi tebal dan dalam.

Baca Juga: Hindari, Weton Ini Mudah Tersinggung dan Angkuh: Paling Bahaya

Gamelan yang paling istimewa adalah gong, gong itu mewakili semuanya, jadi biasanya ada sugengan di dekat gong, kemudian nanti diakhiri dengan pemukulan gong.

Konon, ketika gongnya suaranya itu normal, berarti nanti akan berjalan normal. Kalau tidak, berarti kita harus refleksi kenapa bisa seperti itu, apakah sugengannya kurang, apakah ada yang melakukan kesalahan, atau lainnya.

Ada juga sebuah monumental yang cukup unik karena terdapat dua sisi, yang satu bertuliskan dengan huruf Cina, dan sisi yang lain bertuliskan tulisan Jawa.

Isinya kurang lebih sama, yaitu puisi yang berbentuk sastra Cina dan tembang mocopat.

Prasasti ini sangat istimewa karena diberikan oleh masyarakat Tionghoa yang berada di Yogyakarta kepada Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada masa penobatan Hamengkubuwono IX, tepatnya 18 Maret 1940.

Tetapi karena pada waktu itu ada kekacauan politik, ekonomi dan sebagainya, baru diterimakan pada 18 Maret 1952, jadi 12 tahun sesudahnya ketika ekonomi dan lain sebagainya sudah mulai stabil.

Prasasti ini diberikan karena masyarakat Tionghoa berterimakasih kepada Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, diberi kesempatan untuk menyambung hidup dan mencari nafkah di sini.

Halaman:

Editor: Nita Zuhara Putri

Sumber: YouTube


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah