Bagi masyarakat Bugis, Arung Palakka adalah seorang pahlawan. Penghormatan yang tinggi masyarakat Bugis kepada Arung Palakka, terlihat dengan dibuatnya sebuah monumen patung Arjng Palakka, yang ditempatkan di tengah-tengah Kota Watampone di Kabupaten Bone.
Namun, tidak demikian bagi masyarakat Makassar, juga dalam narasi buku-buku sejarah menganggap Arung Palakka sebagai pengkhianat, karena bersekutu dengan VOC untuk mengalahkan Sultan Hasanuddin.
Arung Palakka lahir di Soppeng tahun 1634, dia adalah putra mahkota dari Raja Bone ke-13. Ketika Arung Palakka berumur 11 tahun, Kerajaan Bone diserbu Kerajaan Gowa di bawah perintah Sultan Mahmud Said, ayahanda Sultan Hasanuddin.
Ia dan keluarganya menjadi tawanan. Dalam perjalanan dari Bone ke Gowa, sebagai tawanan dia menyaksikan rakyat dan prajuritnya disiksa, diikat dan diseret menuju Gowa.
Setibanya di Gowa, sebagai tawanan mereka menjani kerja paksa untuk membangun benteng-benteng pertahanan Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa mempersiapkan jika sewaktu-waktu VOC menyerang, Gowa telah siap dengan pertahanannya.
Sebagai tawanan, keluarga Arung Palakka ditempatkan pada keluarga Karaeng Pattingalloang, seorang punggawa Kerajaan Gowa yang sangat berpengaruh dan disegani.
Maksudnya, agar keluarga Raja Takuban itu menjadi pelayan bagi keluarga Karaeng Pattingalloang. Tetapi Karaeng Pattingalloang tidak memperlihatkan begitu, mereka diperlakukan seperti keluarganya sendiri.