Kisah Sultan Hasanuddin Pahlawan Nasional 'Ayam Jantan dari Timur' vs Arung Palakka, Siapa Pahlawan?

3 November 2021, 10:11 WIB
Patung Sultan Hasanuddin /Istimewa/Indonesiabaik.com

LAMONGAN TODAY - Tidak perlu diragukan lagi, Anda pasti mengenal tokoh Sultan Hasanuddin, Sultan Hasanuddin dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang berjuang mempertahankan kedaulatan negerinya dari penjajahan Belanda.

Namanya sering muncul dalam buku-buku sejarah yang dipelajari di sekolah sejak pendidikan tingkat dasar. Siapapun yang pernah duduk di bangku sekolah, tentu mengenal sosok Raja Gowa yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur ini.

Dia adalah benteng terakhir kerajaan-kerajaan Nusantara di wilayah Timur yang berhasil di tumbangkan oleh VOC.

Baca Juga: Chord dan Lirik Lagu November Rain, Salah Satu Lagu Terbaik dari Guns N Roses

Di balik kisah kepahlawanan Sultan Hasanuddin tersebut, ada kisah Arung Palakka. Arung Palakka adalah Raja Bugis dari Kerajaan Bone.

Ketokohannya kontroversial dalam sejarah. Di satu sisi, orang melihatnya sebagai pahlawan dan pejuang yang tangguh, tetapi di sisi lain, orang melihatnya sebagai pengkhianat.

Dia berjuang untuk membebaskan rakyatnya, orang-orang Bugis dari penjajahan Kesultanan Gowa, yang notabene adalah kesultanan orang-orang Makassar.

Baca Juga: Fakta Terbongkar! Jago Selingkuh, Choi Young Ah Diserang Fans Kim Seon Ho di Pusat Perbelanjaan Miliknya

Perjuangannya itu membuatnya terpaksa bekerjasama dengan VOC untuk dapat mengalahkan dominasi Gowa di bawah kekuasaan Sultan Hasanuddin.

Bagi masyarakat Bugis, Arung Palakka adalah seorang pahlawan. Penghormatan yang tinggi masyarakat Bugis kepada Arung Palakka, terlihat dengan dibuatnya sebuah monumen patung Arjng Palakka, yang ditempatkan di tengah-tengah Kota Watampone di Kabupaten Bone.

Namun, tidak demikian bagi masyarakat Makassar, juga dalam narasi buku-buku sejarah menganggap Arung Palakka sebagai pengkhianat, karena bersekutu dengan VOC untuk mengalahkan Sultan Hasanuddin.

Baca Juga: Joy Tobing Selenggarakan Resepsi Pernikahan dengan Cahyo Permono, Gunakan Tradisi Upacara Pedang Pora

Arung Palakka lahir di Soppeng tahun 1634, dia adalah putra mahkota dari Raja Bone ke-13. Ketika Arung Palakka berumur 11 tahun, Kerajaan Bone diserbu Kerajaan Gowa di bawah perintah Sultan Mahmud Said, ayahanda Sultan Hasanuddin.

Ia dan keluarganya menjadi tawanan. Dalam perjalanan dari Bone ke Gowa, sebagai tawanan dia menyaksikan rakyat dan prajuritnya disiksa, diikat dan diseret menuju Gowa.

Setibanya di Gowa, sebagai tawanan mereka menjani kerja paksa untuk membangun benteng-benteng pertahanan Kerajaan Gowa.

Baca Juga: Meriah! Halloween dari NCT: Junwoo Dandan Cantik jadi Bella Swan, Chenle Jadi The Nun, Simak Keseruannya

Kerajaan Gowa mempersiapkan jika sewaktu-waktu VOC menyerang, Gowa telah siap dengan pertahanannya.

Sebagai tawanan, keluarga Arung Palakka ditempatkan pada keluarga Karaeng Pattingalloang, seorang punggawa Kerajaan Gowa yang sangat berpengaruh dan disegani.

Maksudnya, agar keluarga Raja Takuban itu menjadi pelayan bagi keluarga Karaeng Pattingalloang. Tetapi Karaeng Pattingalloang tidak memperlihatkan begitu, mereka diperlakukan seperti keluarganya sendiri.

Baca Juga: Coca Cola Selenggarakan 'Recycle Me', Mudahkan Masyarakat Daur Ulang Botol Plastik PET dan Kaleng Bekas

Arung Palakka bahkan dididiknya dengan sangat baik, di ajarinya ilmu beladiri, ilmu perang dan tentang spiritualitas.

Arung Palaka tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah, pemberani, kuat dan cerdas. Tetapi, di dalam dirinya menyimpan amarah dan dendam yang dipendamnya sejak kecil.

Amarah dan dendam itu semakin membara, ketika ia keluar dari lingkungan istana menyaksikan rakyatnya disiksa dan dipaksa untuk membangun benteng-benteng pertahanan bagi orang-orang Makassar.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV 2 November 2021: Ada Episode Baru Drakor Beautiful Gong Shim hingga Anime Detective Conan

Ini adalah sirih bagi orang Bugis, sirih harus dibela sekalipun harus bertaruh nyawa. Sebab, hidup tidak ada artinya jika sirih dalam falsafah hidup orang Bugis adalah harga diri, martabat dan kehormatan.

Sebagai seorang pangeran Putra Mahkota, ia merasa berkewajiban menegakkan sirih bagi rakyatnya dan juga bagi keluarganya. Karena itu, dia berniat melawan penjajahan Gowa atas Bone.

Seperti gayung bersambut, Tobala, seorang bupati yang diangkat oleh Sultan Hasanuddin untuk memerintah di Bone sebagai perpanjangan tangan Kerajaan Gowa, juga sudah tidak tahan dengan penderitaan rakyat Bugis.

Baca Juga: Taeyong NCT 127 Unfollow 8 Akun Instagram Termasuk Member NCT Lainnya, NCTzen Indonesia Beri Respon Kocak

Tobala bersekutu dengan Arung Palakka untuk melakukan pemberontakan melawan Gowa.

Arung Palakka juga membangun aliansi dengan Soppeng dan Wajo. Ini adalah pemberontakan pertama Bone, Soppeng dan Wajo, yakni kerajaan-kerajaan Bugis melawan Gowa Tallo, Kerajaan Makassar.

Tetapi, pemberontakan itu berhasil ditumpas oleh Sultan Hasanuddin. Pasukan Gowa memang terkenal tangguh dan tak terkalahkan di wilayah Timur Nusantara. Itu pula yang membuat kerajaan disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawannya.

Baca Juga: SBY Sakit Kanker, AHY Sampaikan Terimakasih Wakili Keluarga Besar Yudhoyono

Pasukan Gowa terus mengejar Arung Palakka. Arung Palakka bersama pasukannya yang tersisa, melarikan diri ke Pulau Buton, meskipun di Pulau itu ia mendapatkan perlindungan dari Raja Buton, Sltan Malik Sirrullah, tetapi pasukan Sultan Hasanuddin memburu Arung Palakka sampai ke sana.

Hal ini memaksa Arung Palakka bersama pasukannya untuk berlayar meninggalkan pulau itu demi menghindari Pasukan Gowa.

Arung Palakka dan pasukkannya mendarat di Batavia. Batavia merupakan kota dengan kultur kekerasan yang sangat dominan.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 2 November 2021: Terlalu Berani! Irvan Masuk Jebakan Aldebaran, Keadaan Reyna Terancam

Meski menjadi pusat kekuasaan VOC, tapi VOC sengaja membiarkan kekerasan mewarnai kota itu. Premanisme dan perkelahian antar pendekar dan antar geng hapir terjadi setiap saat. Prjbumi melawan pribumi, sebab melawan kompeni.

VOC membiarkan hal itu terjadi, sesama pribumi saling menyingkirkan, sehingga menyisakan siapa yang kuat. Yang kuat itu kemudian di ajak bersekutu jika mau, jika tidak akan ditumpas.

Arung Palakka datang bersama pasukannya yang tidak sedikit. Kehadirannya menggetarkan Batavia, ia melibas semua pendekar, kelompok-kelompok preman, maupun penguasa-penguasa lokal yang menghalangi jalannya.

Baca Juga: PPKM di Jakarta Turun dari Level Tiga ke Level Dua, Satpol PP Tanjung Priok Terus Lakukan Patroli

Arung Palakka berhasil menguasai daerah Muara Angke, oleh karena itu, kelompok ini sering disebut orang Angke.

Melihat kehadiran Arung Palakka di Kota Batavia yang begitu menggetarkan, Cornelis Speelman, Gubernur Jenderal VOC menawarkan persekutuan.

Arung Palakka menerima tawaran VOC sebab memang dia datang bukan untuk berperang melawan VOC, melainkan mencari sekutu untuk memerangi Sultan Hasanuddin.

Baca Juga: 5 Manfaat Ampuh Bawang Merah, Kuatkan Kepadatan Tulang, Hingga Tingkatkan Imunitas, No 1 Tak Disangka

Bukan hanya bersekutu dengan VOC, Arung Palakka juga bersekutu dengan Kapiten Jonker, yang kala itu menguasai daerah Marunda.

Kapiten Jonker bukanlah nama yang sebenarnya, nama sebenarnya adalah Ahmad Sangaji Kawasan, seorang putra bangsawan dari Maluku, yang menjadi serdadu bayaran VOC.

Kapiten Jonker adalah seorang mulim beretnis Ambon, meskipun kelompok Jonker mayoritas beretnis Ambon, tetapi sesungguhnya kelompok ini terdiri dari para pendekar dan separuh pilihan dari berbagai suku dan agama.

Baca Juga: Jadwal Pertandingan dan Live Streaming MPLI 2021: El Classico EVOS Legends vs RRQ Hoshi di Pertandingan Ketiga

Ketika itu, di Minangkabau terjadi pemberontakan, orang-orang Minang yang dibantu orang-orang Aceh berhasil memukul mundur pasukan VOC di sana.

Sebagai sekutu, VOC meminta Arung Palakka dan Kapiten Jonker untuk membantu VOC untuk memadamkan pemberontakan di Minangkabau.

Arung Palakka dan Jonker berangkat ke Minangkabau untuk membantu pasukan VOC di sana.

Di Minangkabau, pasukan Bugis berhasil membobol benteng pertahanan orang-orang Minang dan orang-orang Aceh.

Baca Juga: 10 Golongan Ini Tidak akan Lolos Kartu Prakerja Gelombang 22, Periksa Pengumuman Lolos di Sini

Pasukan Arung Palakka berperang dengan nyali yang sangat tinggi dengan keahlian tempur yang sulit ditandingi. Bahkan, Arung Palakka berhasil melakukan ekspansi menguasai daerah Ulakan, Pariaman dan seluruh pesisir Barat Pulau Sumatera.

Arung Palakka juga berhasil memutus jalur komunikasi dan transportasi antara orang-orang Minang dengan orang-orang Aceh.

Hal ini membuat kekuatan orang-orang Minang dan orang-orang Aceh melemah. Karena penaklukannya itu dan karena menyaksikan nyali pertarungan Arung Palakka dan pasukannya yang tak tertandingi, Arung Palakka dijuluki Ayam Jantan dari Timur, julukan yang sama yang diberikan kepada Sultan Hasanuddin.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Bagai Orang Terbuang' oleh Arief: Kejam, Sungguh Tak Berperasaan

Nampaknya, VOC susah menduga bahwa kedua Ayam Jantan dari Timur ini, suatu saat akan bertarung dengan sangat hebat di medan pertempuran. Arung Palakka dinobatkan menjadi Raja Ulakan oleh VOC.

Meskipun dinobatkan sebagai raja di Ulakan, tetapi Arung Palakka tidak begitu berminat dengan penobatan itu. Dia masih mempunyai misi yang belum dituntaskan, yakni menegakkan sirih bagi rakyatnya Suku Bugis di Bone.

Setelah berhasil membantu VOC menaklukkan Minagkabau dan Pariaman, tibalah saat baginya untuk menunaikkan misinya sendiri.

Baca Juga: Declan Rice Dirigen Lapangan West Ham United, Gelandang Serba Bisa Terbaik di Liga Inggris

Ia mengajak VOC untuk menggempur Makassar. VOC menyadari tidak mudah untuk mengalahkan Sultan Hasanuddin dan pasukannya, sebab beberapa kali VOC menyerang Makassar selalu gagal.

Tetapi, melihat kemampuan Arung Palakka bersama pasukannya, keraguan itu sirna. Belum lagi pasukan Kapiten Jonker yang juga telah membuktikan ketangguhannya, ketika membantu VOC menaklukkan Sri Lanka melawan Portugis. Juga saat bersama Arung Palakka menaklukkan tanah Minang.

Gubernur Jenderal Cornelis Speelman yakin, peperangan ke Makassar kali ini akan berhasil. Maka berangkatlah armada VOC di bawah pimpinan langsung Gubernur Jenderal Cornelis Speelman, yang didukung Arung Palakka bersama pasukannya dan Kapiten Jonker bersama pasukannya menuju Makassar.

Baca Juga: Sebulan Saja, Box Office Amerika Serikat Keruk Keuntungan Rp 9 Triliun: Pendapatan Terbesar Sejak Krisis

Benar, tiga sekawan Speelman, Arung Palakka dan Jonker berhasil menembus Benteng Sombaopu di Makassar dan melumpuhkan pasukan Sultan Hasanuddin.

Melalui perjanjian Bungaya, tanggal 18 November 1667, Sultan Hasanuddin menyerah kalah kepada VOC. Arung Palakka mendapatkan kembali tahta Kerajaan Bone dan menjadi Raja Bone ke-14 dengan gelar Batin Retota Arung Palakka.

Dia juga kemudian menikahi Daeng Talele Karaeng Balet Jawa, adik Sultan Hasanuddin dan menjadikannya sebagai permaisuri.

Baca Juga: Tersisa Baby Soul, Tujuh Personel Lovelyz Akhiri Karir Bersama Woollim Entertainment

Kekuasaan Arung Palakka bukan hanya Bone, tetapi seluruh wilayah bekas kekuasaan Hasanuddin.

Arung Palakka menjamin keselamatan seluruh wilayah kekuasaannya bagi bisnis VOC, yakni monopoli perdagangan rempah-rempah dan emas.

Demikian halnya VOC menjamin kedaulatan Arung Palakka atas wilayah kekuasaannya.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Kulo Pun Angkat Tangan, Atine Pun Ajur-Ajuran' - Top Topan Miqbal GA, Hits Dikalangan Pemuda

Persekutuan antara Arung Palakka, Kapiten Jonker dan Speelman, menjelma menjadi kekuatan yang tak tertandingi.

Sebagai seorang ksatria yang menjunjung tinggi sirih, pantang bagi Arung Palakka untuk berkhianat kepada kawan.

Hal itu dibuktikannya, meskipun sudah menjadi raja, ketika Speelman meminta bantuannya untuk menumpas pemberontakan Kraeng Galesong, putra Sultan Hasanuddin yang melarikan diri dan bersekutu dengan Purwojoyo di Jawa.

Baca Juga: Link Download dan Streaming 'Aftermath' Sub Indo: Ceritakan Rasa Putus Asa Pasangan

Arung Palakka berangkat berperang untuk VOC. Lagi-lagi bersama temannya, Kapiten Jonker berhasil melumpuhkan pasukan Kraeng Galesong hingga menangkap Purwojoyo.

Sebenarnya Arung Palakka ingin menangkap Kraeng Galesong dan membawanya pulang ke Sulawesi untuk didudukkan di singgasana Kerajaan Gowa, karena hanya dengan begitu, perdamaian antara Bugis dan Makassar dapat kembali pulih.

Tetapi, Galesong terlebih dahulu meninggal dalam persembunyiannya. Galesong dimakamkan di Ngantang, dekat Kota Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Dangerous in Love' dari Album Fire Saturday Milik Secret Number, Lengkap dengan Terjemahannya

Pada akhir abad ke-17 kesehatan Arung Palakka menurun karena faktor usia. Pada tanggal 6 April 1969, Arung Palakka wafat.***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@WongCurahjati

Tags

Terkini

Terpopuler