Kisah Kurniawan Dwi Yulianto: Bela Sampdoria hingga Dituduh Pakai Narkoba

29 November 2021, 06:12 WIB
Pelatih Kurniawan Dwi Yulianto (kaus hitam) mengusap kepala pemain senior Sabah FC, Amri Yahyah saat laga kontra Perak FC, dalam partai pekan ke-11 Liga Super Malaysia 2021 di Stadion Likas, Kona Kinabalu, 2 Mei 2021. /Facebook.com/sabahfcofficial

LAMONGAN TODAY - Pesepakbola Indonesia pertama kali mengecap pengalaman bergabung dengan klub Eropa pada pertengahan tahun 1990-an.

Kala itu, ada tiga pemain jebolan proyek PSSI Primavera mendapat kesempatan menjajal atmosfer kompetisi Eropa di level senior.

Mereka bertiga adalah Bimasakti, Kurnia Sandi dan Kurniawan Dwi Yulianto.

Baca Juga: Dilarang Baper, Prilly Latuconsina Unggah Foto Mesra dengan Reza Rahadian

Ketiganya adalah pemain yang dinilai memiliki potensi besar setelah menjajal kompetisi Primavera, yang merupakan ajang untuk pemain muda di Italia unjuk kemampuan.

Di antara tiga pemain itu, Kurniawan merupakan yang terdepan dalam pencapaian pengalaman bertanding.

Kurniawan Dwi Yulianto pertama kali mendapatkan kesempatan mengikuti tur Sampdoria di wilayah Asia.

Baca Juga: Dimutilasi Kemudian Dicekoki Narkoba Agar Tertidur Pulas Lalu Digorok, Ternyata Korban Cabuli Istri Tersangka

Kurniawan direkrut berdasarkan prestasinya. Masuk sebagai topskor kompetisi Primavera musim 1993-1994.

Sejak itu, Ia masuk dalam radar pemantauan bakat Sampdoria pada tahun 1995 berdasarkan rekomendasi dari Sampdoria, Kurniawan membubuhkan tanda tangannya pada kertas kontrak yang disodorkan oleh manajemen Luzern FC.

Klub tersebut merupakan klub yang berlaga di kompetisi kasta tertinggi Swiss.

Baca Juga: Corona Varian Omicron Mulai Merebak, Pemerintah Larang Negara Afrika Selatan dan 7 Negara Lainnya Masuk ke Ind

Sampdoria sengaja meminjamkan Kurniawan karena saat itu, lini depan sudah dihuni oleh Roberto Mancini, Enrico Chiesa dan Filippo Maniero.

Kiprah Kurniawan dalam satu lusin bersama 

IIa Tampil delapan kali di senior, Ia mencatatkan dalam buku sejarah sepakbola Indonesia.

Ia merupakan pemain Indonesia pertama yang mencetak gol di kompetisi resmi di Eropa.

Baca Juga: Wajib Diingat! ASN Dilarang Cuti Sambut Nataru, Ini Hukumannya

Saat itu, Luzern tangah bersua FC Basel pada tanggal 9 April 1995.

Kurniawan yang dinamakan sejak menit awal sukses mencetak gol Melalui sundulan pada menit ke-23.

Sayangnya, di penghujung Liga Swiss penampilan Kurniawan muali menurun. Hal tersebut disebabkan oleh cedera dan pergaulannya yang salah.

Baca Juga: Lima Camilan Sehat Mampu Turunkan Kolesterol, Ada Apel, Alpukat, Hingga Kacang Panggang

Pada akhirnya, Ia hanya menikmati satu musim di Swiss dengan bermain sebanyak 12 kali.

Selepas dari Luzern, Kurniawan Dwi Yulianto sempat mengikuti latihan pra musim Sampdoria pada tahun 1996-1997.

Namun, Ia tiba-tiba memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

Baca Juga: Fanatik! Kisah Fans BTS yang Siap Pergi Kemanapun Demi Melihat Langsung Idolanya

"Kurniawan memiliki potensi besar. Menurut saya, Ia melakukan tindakan bodoh dengan meninggalkan Sampdoria saat banyak pemain bermimpi tampil di Serie A."

Di awal kedatangannya kembali ke Indonesia, Ia membela Pelita Jaya.

Di Pelita Jaya, Ia bermain bagaikan seorang bintang dengan mengemas 18 gol dari 36 pertandingan selama 4 musim.

Baca Juga: Resmi! Wasit Ini Dihukum PSSI Akibat Kontroversi Gol Persebaya vs Persela

Capaian apik itu Membuat PSM Makassar kepincut untuk mendatangkannya.

Sayang, karirnya yang bagus di atas lapangan tidak berbanding lurus dengan kehidupannya di luar lapangan.

Ia pernah disebut menggunakan obat-obatan terlarang. Meskipun pada akhirnya tidak terbukti, namun Kurniawan mengakui bahwa Ia sangat dekat dengan dunia malam dan narkotika.

Baca Juga: Suspend Penerbangan Indonesia Arab Saudi Dicabut Mulai 1 Desember 2021, Tak Lagi Transit ke Negera Ketiga

Narkotika dan dunia malam, sempat membuat namanya masuk ke dalam daftar hujatan dan cacian para pendukung.

Bahkan, tak jarang dilontarkan oleh pendukung PSM Makassar sendiri.

Namun, sebagai seorang juara, Ia enggan mempedulikan cibiran orang.

Baca Juga: Tim Bulu Tangkis Indonesia Loloskan Empat Wakil di Ajang BWF World Tour Finals 2021

Waktu itu saya tidak peduli sama omongan orang. Tiap kali main, rasanya seisi stadion meneriaki nama saya, jelek-jelekin saya (karena narkoba). Tetapi saya tidak mau mendengarkan semua itu. Ini hidup saya. Saya punya kemampuan. Anda mau ngomong apa, saya ini seorang juara."

Di tengah kepungan cacian, Kurniawan memberikan satu gelar Liga Indonesia untuk PSM Makassar, yaitu pada musim 1999-2000.

Total, ada 16 klub yang pernah Ia bela sejak bermain di Sampdoria Primavera, hingga akhirnya gangung sepatu di Persepon Pontianak.

Baca Juga: Ballon d'Or Hanya Milik Messi, Reaksi Dunia Melihat Messi Raih Ballon d'Or 2021

Setelah bermain di Italia, Ia terbang ke Swiss untuk membela FC Luzern, pulang ke Indonesia untuk membela Pelita Jaya, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta.

Ia juga sempat membela klub Malaysia, Serawak FA.

Pulang dari Malaysia, Ia bermain di banyak klub lokal, sebut saja PSS Sleman, Persitara Jakarta Utara, Persisam Samarinda, Persela Lamongan, PSMS Medan, Tangerang Wolves, PPSM Magelang dan Persepon Pontianak.

Pada tahun 2014, Kurniawan Dwi Yulianto memutuskan untuk gantung sepatu.

Di level timnas, Ia juga menunjukkan kemampuan yang sangat luar biasa.

Selama 58 kali memperkuat timnas Indonesia, Ia berhasil mencetak 33 gol.

Ia bahkan hanya kalah dari Bambang Pamungkas yang sudah mencetak 38 gol dalam 86 pertandingan.***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube@CERITABOLA

Tags

Terkini

Terpopuler