LAMONGAN TODAY – Selama Pandemi Covid-19, banyak masalah multidemsional yang dihadapi masyarakat, terutama bangsa Indonesia.
Dosen Psikologi Islam UNUSIA Jakarta, Rakimin Al-Jawiy dalam materi Khutbah Jumat yang diunggah di laman NU.or.id, Kamis, 22 Oktober 2020 menyebutkan, ada beberapa masalah yang dihadapi di antaranya
masalah psikologis, seperti rasa takut, sedih, frustasi, keluh kesah, panik, tidak sabar, dan rasa duka berlebihan yang bisa menyebabkan orang berputus asa.
Jika putus asa merasuki jiwa, maka wabah Corona ini kering dari hikmah dan hampa makna. Laksana sayur tanpa garam, hambar tanpa rasa. Semua impian menjadi sirna dan kemudian cita dan harapan menjadi hancur lebur terbentur wabah Covid-19.
Baca Juga: Materi Khutbah Jumat Terbaru 16 Oktober 2020, Pengendalian diri di Tengah Banyaknya Hoaks
Sungguh putus asa merupakan sikap tercela, yang melemahkan semangat dan akal pikiran, menumbuhkan sikap pesimis, serta menghilangkan rasa percaya diri. Putus asa adalah perbuatan terlarang di dalam Islam.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala:
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ الِهm إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“ Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir” (QS Yusuf: 87).
Sebaliknya, mari kita lawan putus asa (pesimisme) dengan sikap sebaliknya, yakni menghadapi setiap keadaan dengan penuh harapan.
Langit tak selamanya mendung, musim tak selamanya kemarau, dan hidup tak selamanya tangis dan duka nestapa.
Adakalanya langit tampak cerah, musim panen akan tiba, dan sengsara pun berakhir dengan kebahagiaan. Jika jiwa optimis terpatri maka rahmat Allah akan datang menyapa kita.
Baca Juga: Materi Khutbah Jumat Terbaru Jumat 23 Oktober 2020, Tema Kebaikan