Kakawin Arjuna Wiwaha: Sebuah Kisah untuk Sang Prabu Airlangga, Inilah Ceritanya

26 Oktober 2021, 12:59 WIB
Ilustrasi Prabu Airlangga dalam Kakawin Arjuna Wiwaha dikisahkan sebagai tokoh Arjuna. Tangkapan layar YouTube/@JagadMandala /

LAMONGAN TODAY - Banyak yang menduga bahwa Kakawin Arjuna Wijaya adalah juga Kakawin Arjuna Wiwaha.

Tentu saja hal ini tidak tepat, karena Kakawin Arjuna Wijaya dan Kakawin Arjuna Wiwaha berbeda dan memiliki jarak waktu penulisan yang cukup jauh.

Kakawin Arjuna Wijaya, ditulis pada masa Majapahit oleh Mpu Tantular, sementara Kakawin Arjuna Wiwaha ditulis pada masa Prabu Airlangga oleh Mpu Kanwa.

Baca Juga: Rachel Vennya Rampung Jalani Pemeriksaan Plat RFS, Datang di Luar Jadwal. Gimana Hasilnya?

Ada dugaan, kakawin ini diubah seusai sejumlah peristiwa politik terjadi, sehingga pernyataan kemenangan Airlangga melawan musuh-musuhnya ditunjukkan melalui Kakawin Arjuna Wiwaha ini, Airlangga ingin menyatakan dirinya adalah Arjuna yang berhasil membasmi kejahatan niwatakawaca.

Sebagai sebuah karya sastra kuno, dan tinggalan sejarah, Kakawin Arjuna Wiwaha menjadi salah satu karya yang banyak dikaji oleh para ahli.

Karya sastra ini pernah diulas oleh Profesor Zolder, mantan Guru Besar sastra UGM, sementara penerjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia, dilakukan oleh Doktor Kuntara Wiryamartana, di mana beliau juga menjadikan karya sastra kuno ini sebagai disertasinya.

Baca Juga: Adakan Pesta Halloween, Undangan SM Entertainment Konsep Ala Squid Game

Dengan mendapatkan perhatian yang sangat besar dari para ahli sastra membuktikan Kakawin Arjuna Wiwaha memiliki kandungan kiaah yang begitu mempesona.

Adapun sekilas kisah dalam Kakawin Arjuna Wiwaha dituturkan sebagai berikut.

Dikisahkan, bahwa Raja Raksasa Niwatakawaca dari Himahi Mantaka berhasrat menyunting Batari Supraba, karena Batara Indra menghalanginya Niwatakawaca hendak menghancurkan kayangan yang amat megah dan indah.

Baca Juga: Video CCTV Diduga Kapolres Nunukan Tendang Bawahan Viral, Mustofa Nahrawardaya: Jadi Ingat CCTV KM 50

Tak satu pun sanggup menghadapi Niwatakawaca. Indra meminta bantuan kepada para absara, namun tak ada satu pun absara yang mampu menaklukkan raja raksasa itu.

Seusai mendapatkan jalan keluar, Batara Indra meminta bantuan Arjuna yang tengah bertapa di dalam goa, di kaki Gunung Indrakila untuk menaklukkan Niwatakawaca.

Karena Arjuna terkenal sebagai seorang ksatria yang mudah tergoda oleh perempuan, Indra mengirim 7 bidadari ke Gunung Indrakila.

Baca Juga: Hasil Final Denmark Open 2021, Huang Dong Ping/Zheng Yu jadi Pahlawan Kemenangan Tim Ganda Putri China

Tugas mereka adalah untuk menggoda Arjuna dari tapabratanya. Turunlah Batari Supraba, Batari Tilottama dan kelima bidadari lainnya dari kayangan menuju kaki Gunung Indrakila.

Sudah beribu jurus rayuan dikerahkan, namun para bidadari itu ternyata tak mampu mengusik Arjuna dari tapabratanya, dengan membawa rasa malu, mereka pulang ke kayangan menghadap Batara Indra.

Lantaran 7 Bidadari pulang ke kayangan tanpa hasil, Batara Indra sendirilah yang berniat menggoda tapabrata Arjuna dengan menyamar sebagai resi tua, Indra datang ke kaki Gunung Indrakila.

Baca Juga: Shiba Inu Token yang Hype Berkat Elon Musk telah Listing di Public, Saingan Kuat Bitcoin dan Dogecoin

Di hadapan Arjuna yang masih bersemedi Indra mengungkapkan isi pemikiannya, segala wujud termasuk kekuasaan dan kenikmatan dunia, hanya merupakan kebahagiaan semu dan jauh dari yang mutlak.

Untuk mencapai kesempurnaan itu manusia harus mencapai kesempurnaan hidup melalui Moksa. Kesempurnaan hidup bisa diraih bila manusia sanggup menerobos segala wujud yang hakikatnya ilusi dan penyesat jalan menuju yang mutlak dalam hening.

Rasa dan pikir Arjuna yang masih mengatupkan sepasang matanya itu menjawab petuah Batara Indra, bahwa tapabrata bukan untuk memenuhi kepentingan pribadi, melainkan membantu Pandawa untuk mencapai kejayaan Baratayuda di rimbag Kurusetra.

Baca Juga: Gara-Gara Tawuran, Pelajar Alami Luka Bacok, Polisi Ciduk Delapan Remaja

Hanya melalui kejayaan Pandawa, angkara murka di jagat dapat disirnakan, kesejahteraan juga dapat diwujudkan.

Rupanya, rencana Batara Indra yang ingin meminta bantuan Arjuna ini bocor ke telingan Niwatakawaca, karenanya raha Hima Himantaka tersebut memerintahkan kepada seekor babi hutan bawahannya yang bernama Muka, untuk membunuh Arjuna yang sedang bertapa tersebut.

Babi hutan bernama Muka itu membuat hiruk-pikuk di luar tempatnya bertapa, sehingga Arjuna terpaksa keluar dari tempat semedinya.

Baca Juga: Apes! Aksi Maling Gagal Curi Spion Mobil Viral, Polisi Kantongi Ciri-ciri Pelaku Lewat Kamera CCTV

Ketika menyaksikan seekor babi hutan merusak keasrian pemandangan di kaki Gunung Indrakila, Arjuna meletakkan sebatang warastra pada busurnya.

Rastra yang melesat dari busur Arjuna itu, pada akhirnya menancap tepat ke leher Muka.

Di waktu yang bersamaan, Bhatara Siwa ternyata juga menyamar sebagai seorang pemburu yang melepaskan sebatang panah ke arah leher Muka.

Baca Juga: Langka! Punya Prospek Kerja Luas, Jurusan Kuliah Ini Cuma Ada di Satu Perguruan Tinggi di Indonesia, Berminat?

Mengetahui babi hutan itu tewas terkena senjatanya, sang pembunuh mendekati korban. Ketika sampai di sisi Muka, datanglah juga Arjuna.

Keduanya kemudiam timbul perselisihan. Perselisihan memuncak pada perkelahian, sang pemburu yang hampir memenangkan pertarungan, sontak berubah menjadi Batara Siwa.

Arjuna tentu saja terkejut, dia tak menyangka bahwa orang yang sedang dilawannya tak lain adalah Batara Siwa.

Baca Juga: Diisukan Dekat Tanpa Status Resmi, Ayu Ting Ting miliki Impian Hidup di London Bersama Ivan Gunawan

Arjuna kemudian menyatakan bahwa pelepas panah pertama yang menancap di leher Muka adalah milik Bhatara Siwa.

Atas sikapnya yang demikian, Bhatara Siwa kemudian menghadiahkan Panah Pasopati kepada Arjuna. Selanjutnya, Siwa pun lenyap.

Selepas Bhatara Siwa pergi, Arjuna memutuskan untuk kembali berkumpul dengan Pandawa. Baru saja melanjutkan perjalanan, Arjuna ditunggui oleh dua absara, mereka menyampaikan pesan untuk menemui Batara Indra di kayangan.

Baca Juga: Mobil Mewah Plat RFS Rachel Vennya Tak Sesuai, Polisi Janji Lakukan Pemeriksaan

Atas bantuan yang diberikan dua absara itu pula, Arjuna bisa pergi menuju Kayangan.

Di Kayangan, Arjuna disambut oleh Batara Indra, Batari Supraba dan 7 Bidadari lainnya. Kepada Batara Indra, Arjuna bersedia membunuh Niwatakawaca, asalkan dibantu oleh Batari Supraba.

Batara Indra mengizinkannya, sehingga pergilah mereka ke Negeri Hima Himantaka.

Baca Juga: Rahasia Mengerikan Raja Kertanegara Sang Penakluk Nusantara, Terungkap Melalui Relief Candi Jawi

Sebelum sampai di Hima Himantaka, Arjuna terlebih dahulu meminta bantuan Batari Supraba untuk mengetahui titik lemah Niwatakawaca.

Supraba kemudian menemui Niwatakawaca dan berpura-pura mau dipersuntingnya. Kehadiran Batari Supraba, membuat Niwatakawaca mengurungkan niat untuk menyerang Kayangan.

Semula, Niwatakawaca sempat mempertanyakan maksud kedatangan Supraba, mengingat dia dahulu menolak, bahkan dibela habis-habisan oleh Batara Indra.

Baca Juga: Lakukan Pengabdian Masyarakat, PPNS Beri Pelatihan AutoCAD bagi Siswa SMK Perkapalan

Namun, Supraba menjawab, kali ini dia mau karena kesaktian Niwatakawaca begitu luar biasa dan tak ada yang mampu menandinginya.

Pujian itu membuat Niwatakawaca terlena, bahkan mengungkapkan rahasia kelemahannya, yakni pada bagian tenggorokan.

Di sisi lain, Arjuna membuat kegaduhan di luar tempat keduanya berada. Karena merasa terganggu, Niwatakawaca meninggalkan Supraba, kemudian menuju pusat kegaduhan itu.

Baca Juga: Brand Hapus Iklan Kim Seon Ho Saat Skandal Pecah, Dihubungi Sepanjang Hari Tak Ada Jawaban

Sampai tujuan, Arjuna telah meninggalkan tempat bergaduh, lantas bertemu dengan Supraba. Supraba pun memberi tahu titik lemah yang dimiliki Niwatakawaca.

Menyadari telah tertipu oleh Batari Supraba dan Arjuna, Niwatakawaca marah besar, bersama pasukannya, Niwatakawaca memburu dua penipu utusan Batara Indra itu hingga sebelah Selatan Gunung Himalaya.

Pasukan Hima Himantaka bertempur melawan oleh lasuka absara dari Kahyangan. Oleh pasukan absara, pasukan Hima Himantaka dibuat kocar-kacir.

Baca Juga: Rachel Vennya Ngaku Tak Pernah Jalani Karantina, Kapendam Jaya Membantah: Sempat Masuk Tiga Hari

Melihat pasukannya kalah, Niwatakawa terjun langsung sebagai panglima perang.

Arjuna kemudian menarik pasukannya mundur, kemudian menggunakan kesempatan untuk membidikkan Panah Pasopati ke arah Niwatakawaca.

Saat mulut Niwatakawaca terbuka, melesatlah Panah Pasopati menghujam Pada titik lemah yang telah disebutkan Supraba hingga tembus ke bagian belakang.

Baca Juga: Sholat Nabi Muhammad SAW Lengkap Arab, Latin, dan Terjemahnya Bisa Diamalkan di Mana Saja

Niwatakawaca pada akhirnya tewas di medan laga. Para pendukung Arjuna di Kahyangan begitu bergembira.

Selepas kekalahan Niwatakawaca, Arjuna kemudian dinobatkan oleh Batara Indra sebagai raja di Kahyangan, dia juga dinikahkan dengan Batari Supraba, Batari Tilottama dan kelima bidadari lainnya.

Sesudah tujuh hari tujuh malam menjadi raja di Kahyangan, Arjuna lengser keprabon, meminta pamit kepada Batara Indra untuk berkumpul kembali dengan saudaranya Pandawa, yang tengah mempersiapkan Perang Baratayudha di medan Kurusetra.

Baca Juga: Ini Alasan Rachel Vennya Gagal Hadiri Panggilan Polisi Ihwal Penggunaan Plat RFS

Demikianlah kisah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa dan dipersembahkan bagi Prabu Airlangga.

Dalam jagad pakeliran Jawa, Kakawin Arjuna Wiwaha diadaptasi oleh para dalang dalam sanggit yang bervariasi.

Pada umumnya, kisah Arjuna Wiwaha dalam karya Mpu Kanwa itu diidentikkan dengan lakon Arjuna Winisuda. Dalam versi lakon ini, Arjuna dinobatkan sebagai raja para dewa oleh Batara Guru di Kahyangan Suralaya, sesudah berhasil membunuh Prabu Niwatakawaca dari negeri Hima Himantaka.

Baca Juga: Penumpukan Lemak atau Obesitas Mengancam Kesehatan, Ini Kata dr Deborah Lee

Umumnya, lakon Arjuna winisuda didahului dengan lakon Samba Sempit dan lakon Begawan Ciptaning. Dalam lakon Samba Sembit, Arjuna dikisahkan membela Samba atas perseteruannya dengan Prabu Sitija Boma  Narakasura, karena perkara asmara dengan Dewi Hagnyanawati.

Ketika berperang, dada Arjuna terkoyak panah yang dilesatkan Prabu Sitija. Merasa kesakatiannya belum sempurna, Arjuna bertekad melakukan tapabrata di dalam Goa Mintaraga di kaki Gunung Indrakila.

Selama bertapa itulah, Arjuna mengubah nama menjadi Begawan Ciptaning.

Baca Juga: Jadwal SKB Bagi yang Lulus SKD CPNS 2021, Simak Di Sini

Sementara dalam lakon Begawan Ciptaning, memiliki kemiripan dengan Kakawin Arjuna Wiwaha, di mana Arjuna dijadikan jago para dewa, hanya saja oleh Batara Guru, tujuannya adalah untuk menghadapi Prabu Niwatakawaca dari Hima Himantaka, yang akan menyunting Batari Supraba.

Sesudah berhasil membunuh Niwatakawaca dengan Panah Pasopati, Arjuna dinikahkan dengan Bathari Supraba.

Dalam Lakon Arjuna Winisuda, penobatan Arjuna di Kahyangan membuatnya menyandang gelar Prabu Karitin atau Prabu Kariti.

Baca Juga: 3 Sholat Nabi Pendek Lengkap Arab, Latin, dan Terjemahnya Bisa Diamalkan dengan Mudah Disela-Sela Kegiatan

Namun, sebagai ksatria yang senantiasa melaksanakan dharma untuk membasmi angkara murka di dunia, Arjuna memilih lengser keprabon untuk kembali berkumpul bersama saudara-saudaranya Pandawa, hingga terlibat dalam perang Baratayuda.***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@JagadMandala

Tags

Terkini

Terpopuler