Keraton Yogyakarta: Sepenggal Kisah Kehidupan dan Budaya Keraton Yogyakarta

- 11 Januari 2021, 16:47 WIB
Kisah Tanah Jawa mengungkap kisah kehidupan dan budaya Keraton Yogyakarta. /Youtube /Kisah Tanah Jawa
Kisah Tanah Jawa mengungkap kisah kehidupan dan budaya Keraton Yogyakarta. /Youtube /Kisah Tanah Jawa /
LAMONGAN TODAY – Keraton Kasultanan Yogyakarta memiliki kehidupan atau kebudayaan yang ada di sekitar Keraton Yogyakarta yang bagi banyak orang belum banyak diketahui.

Hal tersebut masih terkesan tertutup, sebab biasanya orang-orang datang ke Keraton Yogyakarta, kebanyakan mereka berada di bagian paling depannya, di bagian museum.

Di bagian belakang Keraton Yogyakarta, terdapat kompleks utama yang melalui bangsal ponconiti sebagai anti wahana. Dulu, kalau ada kendaraan ataupun ada tamu yang akan sowan ke dalam, berhentinya di tempat ini. Jadi sebagai gerbang penyambutan paling depan.

Baca Juga: Isi dakwah Captain Afwan Pilot Sriwijaya Air SJ-182 Menyentuh, Ingatkan Soal Mendapatkan Surga

Semua tempat di Keraton Yogyakarta memiliki filosofi dan maknanya masing-masing. Pada bagian dalam Keraton Yogyakarta terdapat beberapa regol, salah satunya regol Srimanganti yang menuju komplek Srimanganti.

Regol Srimanganti adalah regol kedua dari lima regol yang membagi Keraton menjadi tujuh bagian. Sri artinya yang tertinggi yang dalam hal ini Sultan, menganti itu menanti.

Jadi Srimanganti itu adalah tempat penantian yang paling tinggi. Di setiap regol di belakangnya selalu ada tembok sebagai sistem sekuritas. Di dalam Keraton selalu ada Kalamangkara yang merupakan lambang dari pelindung, jadi tidak hanya di tembok tapi juga di atas atap.

Baca Juga: Kapten Afwan Pilot Sriwijaya Air SJ-182 Dikenal Kerap Berdakwah, Arie Untung : Kok Masih Mau Capt?

Seperti halnya pada beberapa bangunan Belanda, memang ada Dewa Kala yang memilki arti pertama menolak bala, yang kedua seperti menaungi sebuah bangunan.

Karena Dewa Kala adalah Kala, Batara Kala itu waktu, agar bangunan ini tidak lekang dimakan oleh waktu.

Sebelum masuk juga ada satu tempat yang kita harus introspeksi diri dulu, dandan yang rapi, bersuci dan bersih karena masuk ke sini seperti halnya kita akan bertemu seorang raja, ratu dan ada di adeg-adeg atau suatu pemangku budaya tertinggi.

Baca Juga: So Sweet, Akhirnya Al Mau Melupakan Dendamnya pada Andin, Simak Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini

Jadi untuk pengunjung pariwisata, pakaiannya yang  penting bebas rapi, jangan pakai celana pendek yang terlalu pendek. Kemudian untuk semuanya tidak diperkenankan untuk memakai tanktop, jadi pundaknya harus tertutup, rapi.

Sedangkan kewajiban bagi abdi dalem, abdinya Ngarso Dalem yang ada di sini kalau datang ke Keraton harus memakai seragam, pengageman jawi seperti ini.

Apapun yang terjadi, apapun pangkatnya, untuk putri itu selalu mamakai kebaya, kecuali putro dalem yang memakai jarik.

Baca Juga: BLT UMKM Rp2,4 Juta Diperpanjang, Nama Anda Tidak Terdaftar di eform.bri.co.id? Ini Penyebabnya

Untuk laki-laki pakai peranakan dan perlengkapannya dan semuanya tidak diperkenankan memakai alas kaki.

Yang diperkenankan memakai alas kaki hanya Ngarso dalem dan Permaisurinya.

Karena perkembangan zaman, kemudian Keraton dibuka menjadi tempat wisata tahun 1969  oleh Hamengkubuwono IX, jadi ada sedikit pergeseran.

Baca Juga: Nama Penerima Bantuan UMKM Rp2,4 Juta Ada di Situs pembiayaan.depkop.go.id, Silahkan Cek

Keraton terbagi menjadi daerah privat dan daerah wisata yang boleh dilihat semua orang. Walaupun ada upacara di dalam Keraton, ini juga tertutup untuk wisatawan. Itupun tergantung Ngarso Dalem, Beliau memberi izin atau tidak.

Tapi pada dasarnya, Keraton juga berkeinginan bahwa apapun yang terbaik yang menjadi filosofi utama yang diajarkan oleh Hamengkubuwono pertama sampai sekarang masih kita jaga, itu juga tertularkan pada semua rakyat yang ada di sini atau semua masyarakat pada umumnya.

Baca Juga: Dana Jatah Ratusan Ribu Data Penerima BLT Subsidi Gaji Dikembalikan ke Kas Negara, Lho Kenapa?

Karena pitutur atau piwulang dari Hamengkubuwono pertama ternyata tidak lekang oleh zaman. Jadi masih sampai sekarang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Di pelataran Srimanganti ada dua bangsal, yang satu adalah bangsal Srimanganti yang berada pada sisi Barat, kemudian di sisi Timur adalah Bangsal Trajumas.

Bangsal Trajumas ini istimewa karena bisanya kalau rumah Joglo itu sokonya hanya 4, kalau Trajumas ada 6. Oleh karena itu, ini hanya satu-satunya yang ada di dunia, Joglo dengan 6 pilar.

Baca Juga: Dana Jatah Ratusan Ribu Data Penerima BLT Subsidi Gaji Dikembalikan ke Kas Negara, Lho Kenapa?

Trajumas sendiri artinya timbangan emas. Jadi kalau bicara tentang paraning dumadi, di sini sudah berada di ambang pintu menuju ke tujuan hidup kita nanti kemana.

Di sini Srimanganti, tempat menanti yang paling tinggi itu adalah alam barzah kita kalau kita mau menuju ke sana. Jadi ada pengingatan bahwa kita akan di hisab di sana, ada trajumas di sana.

Di sini ada Dono Pratopo, dimana kita boleh berbangga hati kalau kita mempunyai pahala yang baik dan kita boleh bersedih hati karena miskin.

Dono Pratopo itu sebenarnya, Dono itu harta benda dan Pratopo itu kan pertapa, jadi agak kontradiksi tapi itulah seharusnya kita bersikap.

Baca Juga: Kabar Baik, GOT7 Tetap Bersama Meski Tak Perpanjang Kontrak dengan JYP Entertainment

Pada sebelah kanan dan kiri gerbang terdapat Dwarapala yang mengapit kanan dan kiri pintu gerbang. Dwarapala ini baru ada pada tahun 1931 oleh Hamengkubuwono VII.

Tetapi itu juga tidak lepas dari pengejawantahan yang tidak lepas dari prinsip yang ada di sini.

Sebelah kanan itu lambang baik, benar, kiri jahat. Sebenarnya bukan seperti itu, jadi yang baik atau benar kalau dilakukan dengan kesalahan tetap salah.

Karena Kasultanan Yogyakarta itu adalah berdasarkan Al Quran dan Hadist, jadi otomatis mengacu kepada semua yang berhubungan dengan agama Islam.

Seorang Sultan pun juga manusia biasa, jadi ketika beliau melewati ini, jadi sebenarnya adalah proses untuk refleksi diri beliau.

Karena di sebelah kanan kalau beliau mau lewat, ada Trajumas. Apakah semua yang beliau lakukan itu sudah adil?

Adil itu juga susah, sama seperti kita, jadi Sultan harus menjadi yang terbaik.

Baca Juga: 13 Weton Paling Sukses pada Tahun 2021, Ada Jumat Kliwon, Kamis Legi, Minggu Wage

Zaman dahulu pelajaran tidak di sekolah, ada nilai dan sebagainya. Tapi kemudian ada pengaruh Belanda yang kemudian Sultan yang bertahta merasa bahwa kita harus sama dengan Belanda, dalam artian kita juga negara merdeka pada waktu itu. Kemudian putra-putranya Sultan juga belajar di sana.

Bagaimanapun juga, kita mendapatkan teknologi itu dari orang Belanda, kalau kita tidak belajar dari mereka, kita juga tidak mendapatkan apa-apa.

Jika mengambil positifnya memang dijajah pada era kolonial, itu memang berat dan pedih, tetapi pada hari ini kita bisa menemukan betapa besar peninggalannya.

Kalau kita melihat pada suatu bangunan kolonial, itu pada dasarnya arsiteknya atau insinyurnya memang orang Belanda, tetapi yang membangun ini kan nenek moyang kita.

Sehingga ini menjadi suatu warisan, pusaka, yang kita sebagai generasi penerus wajib merawatnya.

Baca Juga: 3 Weton dengan Rezeki 'Mancur' Nyaris Sempurna, Simak Penjelasannya di Bawah Ini

Kita bisa membaca tulisan latin, juga orang Belanda yang mengajari.

Ada dua versi mengenai kegunaan Bangsal Trajumas, yang pertama adalah untuk pengadilan darah dalem, dalam artian pengadilan untuk keluarga Sultan, jadi keluarga Sultan punya pengadilan sendiri.

Kemudian yang kedua untuk advisory atau penasihatan, ketika Sultan mempunyai kasus yang harus diputuskan atau beliau merasa tidak ahli dalam hal itu. Beliau akan mengundang semua orang yanv ahli dalam hal itu untuk bersidang di sini untuk memberikan opsi kepada Sultan, walaupun nanti kebijakan absolut ada di tangan Sultan.

Tempat ini sekarang untuk menyarekan gamelan sekati, dan yang satu gamelan yang sudah agak sepuh juga, kemudian ada Cempono atau kendaraan pengantin.

Masing-masing gamelan punya keunikan sendiri-sendiri. Misalnya Gamelan Sekati atau Gamelan Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga digunakan untuk upacara Sekaten.

Kemudian ada gamelan yang hanya digunakan untuk upacara Khitanan. Ada gamelan yang digunakan untuk acara penobatan atau itu simbol dari Sultan.

Sedangkan Gunturlaut itu yang paling tua, yang notnya hanya ada tiga dan suaranya sangat rendah, karena itu yang paling tua. Terbuat dari logam yang sangat tebal, jadi tebal dan dalam.

Baca Juga: Hindari, Weton Ini Mudah Tersinggung dan Angkuh: Paling Bahaya

Gamelan yang paling istimewa adalah gong, gong itu mewakili semuanya, jadi biasanya ada sugengan di dekat gong, kemudian nanti diakhiri dengan pemukulan gong.

Konon, ketika gongnya suaranya itu normal, berarti nanti akan berjalan normal. Kalau tidak, berarti kita harus refleksi kenapa bisa seperti itu, apakah sugengannya kurang, apakah ada yang melakukan kesalahan, atau lainnya.

Ada juga sebuah monumental yang cukup unik karena terdapat dua sisi, yang satu bertuliskan dengan huruf Cina, dan sisi yang lain bertuliskan tulisan Jawa.

Isinya kurang lebih sama, yaitu puisi yang berbentuk sastra Cina dan tembang mocopat.

Prasasti ini sangat istimewa karena diberikan oleh masyarakat Tionghoa yang berada di Yogyakarta kepada Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada masa penobatan Hamengkubuwono IX, tepatnya 18 Maret 1940.

Tetapi karena pada waktu itu ada kekacauan politik, ekonomi dan sebagainya, baru diterimakan pada 18 Maret 1952, jadi 12 tahun sesudahnya ketika ekonomi dan lain sebagainya sudah mulai stabil.

Prasasti ini diberikan karena masyarakat Tionghoa berterimakasih kepada Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, diberi kesempatan untuk menyambung hidup dan mencari nafkah di sini.

Pada prasasti ini terdapat tiga unsur, ada liman, ada naga dan peksi atau burung, yang merupakan lambang pluralisme. Burung melambangkan masyarakat pribumi, naga Tionghoa dan gajah dari Asia Selatan sampai Timur Tengah.

Jadi memang ada keharmonisan yang sudah terbentuk. Juga terdapat simbol-simbol yang melambangkan kayangan, kehormatan dan suka cita, semoga tetap diberikan kelanggengan dan hoki.***

 

 

Editor: Nita Zuhara Putri

Sumber: YouTube


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x