Yes! Utang Indonesia Sisa Rp 6.017 triliun, BI: Posisi Utang Luar Negeri Relatif Aman dan Terkendali

17 Juli 2021, 00:26 WIB
Ilustrasi Dolar Amerika /Alexander Mils

LAMONGAN TODAY - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2021 menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir Mei 2021 sebesar 415 miliar dolar AS atau Rp 6.017 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per dollar AS), turun 0,6 persen (mtm) dibandingkan dengan posisi ULN April 2021 sebesar 417,6 miliar dolar AS.

Perkembangan tersebut terutama didorong oleh penurunan posisi ULN Pemerintah. Secara tahunan, ULN Mei 2021 tumbuh 3,1 persen (years on years/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,9 persen (yoy).

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam siaran pers yang diterima pada Jumat 16 Juli 2021.

Baca Juga: Lirik Lagu Gak Pernah CUkup oleh Denny Caknan: Jane Atimu Sing tak Nteni

Erwin menambahkan, ULN Pemerintah mencatat posisi lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi ULN Pemerintah di Mei 2021 tercatat sebesar 203,4 miliar dolar AS, menurun 1,3 persen (mtm) dibandingkan dengan posisi ULN April 2021.

Hal ini mendorong perlambatan pertumbuhan tahunan ULN Pemerintah menjadi sebesar 5,9 persen (yoy) dibandingkan dengan 8,6 persen (yoy) di April 2021.

Penurunan posisi ULN Pemerintah tersebut terjadi seiring dengan pembayaran Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman dalam valuta asing yang jatuh tempo di Mei 2021.

Baca Juga: Ciri-Ciri ASI Perah Basi Tak Layak Minum, Berakibat Serangan Penyakit, Para Ibu Harus Perhatikan

Menurutnya, Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel.

Adapun penarikan ULN dalam periode Mei 2021 tetap diutamakan untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah, termasuk upaya penanganan COVID-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang antara lain mencakup sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,8 persen dari total ULN Pemerintah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen).

Kemudian, sektor jasa pendidikan (16,3 persen), sektor konstruksi (15,4 persen), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (12,6 persen).

Baca Juga: Jokowi Bagi-Bagi Obat dan Sembako Saat PPKM Darurat, Politikus Demokrat: Pencitraan Tak Bertepi

"Posisi ULN Pemerintah tersebut relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruhnya merupakan ULN dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN Pemerintah," ujarnya.

Erwin memaparkan, ULN swasta mencatat pertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan ULN swasta Mei 2021 tercatat 0,5 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 1,4 persen (yoy).

Hal ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan menjadi 2,3 persen (yoy) dari 4,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Baca Juga: Kasus Penimbunan Obat Covid-19 Kalideres Terus Berlanjut, Polisi Datangkan 8 Saksi, Ada BPOM dan Ahli Pidana

Di sisi lain, kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan berkurang menjadi sebesar 6,0 persen (yoy), dari bulan sebelumnya sebesar 9,0 persen (yoy).

Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN swasta pada Mei 2021 tercatat sebesar 208,7 miliar dolar AS, relatif stabil dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya. Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 76,7 persen dari total ULN swasta.

ULN tersebut masih didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 77,1 persen terhadap total ULN swasta.***

Editor: Nugroho

Sumber: Info Publik

Tags

Terkini

Terpopuler