Materi Khutbah Jumat Terbaru 2020, Kelembutan dan Cinta dalam Islam

- 18 Desember 2020, 05:31 WIB
Ilustrasi Materi Khutbah Jumat, Memupuk Optimisme di tengah Pandemi Covid-19.
Ilustrasi Materi Khutbah Jumat, Memupuk Optimisme di tengah Pandemi Covid-19. /PIXABAY/aditya_wicak

Baca Juga: Daftar Harga HP Samsung RAM 8 GB yang Sudah Turun, Cek Lengkapnya di Sini

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. “ Lemah lembut bukan berarti kelemahan, plin plan tanpa haluan, ataupun lemah tanpa daya.

Justru sebaliknya, lemah lembut mengandung banyak kekuatan yang dahsyat. Air bersifat lembut tapi kuat bila dibutuhkan, seperti pekerja steam yang menyemprotkan air untuk membersihkan kotoran kendaraan.

Air itu juga sejuk dan menyucikan bila digunakan untuk berwudhu. Air juga mendatangkan ketenangan tapi bisa menghanyutkan sebagaimana peribahasa yang menyebutkan “air tenang tapi menghanyutkan”. Selain air, angin juga memiliki sifat kelembutan tapi juga mendatangkan kekuatan yang dahsyat seperti kincir angin yang menghasilkan tenaga listrik, kipas angin yang berembus menyejukkan siapa saja. Semuanya menampilkan sifat kelembutan yang mendatangkan kekuatan dan manfaat. Lalu bagaimanakah sifat kelembutan yang dimiliki hati seseorang? Tentunya, ia akan menghasilkan kekuatan yang lebih dahsyat.

إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ 

Artinya, “Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek,” (HR Muslim). Dengan kelembutan hati semua urusan akan menjadi indah. Kelembutan tangan seorang seniman akan menghasilkan karya seni yang indah.

Baca Juga: Kesaksian Laskar FPI dalam Rombongan Rizieq Shihab di Mata Najwa Part 1

Kelembutan lisan para pendakwah akan menggugah hati siapa saja. Kelembutan wajah yang senyum memancarkan aura juga indah dipandang mata. Kelembutan hati yang diekspresikan dalam amal perbuatan akan melahirkan perhatian, cinta, kasih sayang, ketulusan dan keikhlasan.

Pantas saja, kalau Jalaluddin Rumi seorang penyair sufi dalam kitabnya “Matsnawi Ma'nawi” menuturkan kata bijak “Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam". Allah SWT menggambarkan kelembutan hati Rasulullah SAW dalam firman-Nya:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ 

Artinya “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Surat At-Taubah ayat 128). Bahkan saking lembutnya hati Nabi SAW, Abu Hurairah RA berkata:

قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ

Artinya, "Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid. Maka para sahabat ingin mengusirnya. Nabi SAW pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air atau dengan setimba besar air.  Sungguh kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan,” (HR Al-Bukhari) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Hal senada di atas, dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda:


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Hal senada di atas, dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda:

يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ 

Artinya, "Wahai Aisyah, sunguh Allah itu maha lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya” (HR Muslim) Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin, jilid III halaman 197 memaknai sikap lemah lembut dengan terkalahkannya potensi kemarahan terhadap bimbingan akal. Menurut Al-Ghazali, tumbuhnya sifat lemah lembut dalam diri manusia dapat diawali dengan melatih diri menahan amarah.

Bukan termasuk orang yang lemah lembut bila menghadapi seseorang dengan kemarahan tanpa sebab yang dibenarkan. Perlu dibedakan antara berlaku lemah lembut dengan tujuan membuat orang simpatik dan berlaku lembah lembut dengan maksud menjilat. Yang pertama ini dikenal dengan mudaroh yaitu berlaku lemah lembut agar membuat orang lain tertarik dan mendekati kita. Yang kedua dikenal dengan mudahanah yaitu berlaku lemah lembut dalam rangka menjilat dengan mengorbankan agama. Sikap yang kedua ini adalah sikap tercela sebagaimana yang Allah firmankan,

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

Artinya, "Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (Surat Al-Qalam ayat 9) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Di dalam Kitab Bahjatun Nazhirin Juz 1 hal 683 disebutkan,

Baca Juga: Dapatkan Bantuan Rp2,55 Juta dengan Cairkan Insentif Kartu Prakerja, Simak Caranya

Betapa tingginya kedudukan lemah lembut dibanding akhlak-akhlak terpuji lainnya. Dan orang yang memiliki sifat ini pantas baginya untuk mendapatkan pujian dan pahala yang besar dari Allah SWT. Bila sifat lemah lembut ini ada pada seseorang dan menghiasi dirinya maka akan menjadi indah dalam pandangan manusia dan lebih dari itu dalam pandangan Allah SWT. Sebaliknya jika memiliki sifat yang kasar, angkuh, dan keras hati niscaya akan menjadikan dirinya jelek dan tercela di hadapan manusia.”

Halaman:

Editor: Furqon Ramadhan

Sumber: NU Online


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x