Apa itu Halal Bihalal? Istilah Populer di Hari Raya Idul Fitri, Ini Arti dan Sejarahnya

19 April 2023, 22:13 WIB
halal bihalal /pexels/keira burton

LAMONGAN TODAY - Halal bihalal adalah sebuah tradisi khas Indonesia yang biasanya dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi ini merupakan bentuk dari silaturahmi dan saling maaf-memaafkan antara keluarga, sahabat, atau kolega yang mungkin pernah bersalah atau berkhilaf selama setahun. Tujuan dari halal bihalal adalah untuk menjaga hubungan yang harmonis, mempererat tali persaudaraan, dan menyebarkan rasa cinta kasih di antara sesama manusia.

Namun, tahukah Anda dari mana asal-usul istilah dan praktik halal bihalal ini? Istilah ini ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari kreativitas KH Abdul Wahab Hasbullah, seorang ulama modern dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

 

Menurut cerita yang dikutip dari NU Online, istilah ini muncul pada tahun 1948 ketika Kiai Wahab berdiskusi dengan Presiden Soekarno untuk mencari solusi menghadapi ancaman disintegrasi bangsa oleh kelompok DI/TII dan PKI.

Kiai Wahab menyarankan agar mengadakan silaturahmi nasional di momen Idul Fitri, namun Soekarno ingin istilah yang lebih menarik dan menggugah. Akhirnya, Kiai Wahab mengusulkan istilah halal bihalal, yang berarti saling memberikan kehalalan atas kesalahan-kesalahan yang terlanjur sudah diperbuat.

Dengan demikian, para elit politik yang berselisih bisa duduk bersama di satu meja dan saling memaafkan demi kepentingan bangsa.

Sejak saat itu, istilah dan praktik halal bihalal mulai populer di kalangan masyarakat Indonesia. Meski demikian, istilah ini sebenarnya sudah ada sebelumnya dalam manuskrip Babad Cirebon CS 114/PNRI yang ditulis dengan bahasa Arab pegon.

Dalam manuskrip tersebut, terdapat kalimat yang menyebutkan bahwa warga Japara melakukan halal bihalal setelah sholat Idul Fitri di masjid.

Halal bihalal adalah salah satu tradisi yang patut dilestarikan karena memiliki makna yang mendalam dan positif.

Dengan melakukan halal bihalal, kita bisa membersihkan hati dari segala dendam, iri, dengki, atau fitnah yang bisa merusak hubungan kita dengan sesama. Selain itu, kita juga bisa memperbaharui komitmen kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.**

Editor: Achmad Ronggo

Tags

Terkini

Terpopuler