Profil DI Panjaitan, Pahlawan Revolusi yang Gugur akibat Kekejaman PKI

- 2 Oktober 2021, 13:59 WIB
DI Panjaitan
DI Panjaitan / Instagram @Mere_cetPhoto/

LAMONGAN TODAY - Mayjen Donald Isaac Panjaitan adalah seorang pahlawan revolusi Indonesia.

Mayjen DI Panjaitan gugur sebab dibunuh oleh gerombolan PKI dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

DI Panjaitan Pangkat terakhirnya yaitu Brigadir Jenderal TNI, namun, sebab gugur dalam tugas, maka diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Mayjen. TNI (Anumerta).

Baca Juga: Sandrinna Michelle Blak-Blakan Soal Pacar, Ungkap Ciri-Ciri Berbadan Tinggi dan Kekar, Aditya Zoni?

Berikut profil Mayjen DI Panjaitan, dirangkum dari berbagai sumber.

DI Pandjaitan Lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Sumatera Utara.

DI Panjaitan mempunyai istri yang bernama Ny. Marieke Pandjaitan br Tambunan.

Baca Juga: Akui Banyak yang Kaget Isyana Sarasvati Nikah, Boy William: Loe Hamil Duluan Akhirnya Nikah?

Mayjen D.I Panjaitan Pendidikan formal dimulai dari Sekolah Dasar, dilanjutkan masuk Sekolah Menengah Pertama, dan terakhir di Sekolah Menengah Atas.

Waktu ia tamat Sekolah Menengah Atas, Indonesia sedang dalam penjajahan Jepang.

Sehingga waktu bergabung sebagai anggota militer, ia harus mengikuti latihan Gyugun.

Baca Juga: Makin Tak Karuan Hubungan Sandrinna Michelle dengan Rey Bong, Ulah Mama Sengaja Menjauhkan?

Usai latihan, ia ditugaskan menjadi anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Saat Indonesia telah merdeka, ia beserta para pemuda lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang selanjutnya menjadi TNI.

Di TKR, ia pertama kali ditugaskan sebagai komandan batalyon, selanjutnya menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948.

Baca Juga: Kasus Dugaan Penganiyaan yang Dilakukan Anak Ahok Berlanjut, Ayu Thalia Serahkan Bukti Kuat

Kemudian menjadi Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera, dan sewaktu Pasukan Belanda menjalankan Agresi Militernya yang Ke II.

Ia ditunjuk sebagai Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Bersamaan dengan berakhirnya Agresi Militer Belanda II, Indonesia juga mendapatkan pengakuan kedaulatan.

Baca Juga: Pantes Populer Kuasai Rating Netflix, Ini 5 Pembeda Squid Game Ketimbang Drama Lainnya

Panjaitan sendiri selanjutnya ditunjuk sebagai Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan. Kemudian dipindahkan kembali ke Palembang sebagai Kepala Staf T & T II/Sriwijaya.

Usai mengikuti kursus Militer Atase (Milat) tahun 1956, ia diperintahkan sebagai Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat.

Saat masa tugasnya telah usai sebagai Atase Militer, ia akhirnya pulang ke Indonesia.

Baca Juga: DI Panjaitan, Jenderal Kepercayaan Ahmad Yani Gugur akibat Kekejaman Pasukan G30S PKI

Akan tetapi, tidak lama kemudian yaitu pada tahun 1962, perwira yang pernah menimba ilmu pada Associated Command and General Staff College, Amerika Serikat tersebut, diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).

Jabatan tersebut adalah yang terakhir diembannya ketika peristiwa Gerakan 30 September terjadi.

Waktu menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia mengungkap rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) kepada PKI.

Baca Juga: Jelaskan Warna Apa Saja yang Terdapat pada Lambang Negara Indonesia? Kunci Jawaban Pelajaran Kelas 4 SD

Dari sana diketahui bahwa senjata-senjata itu dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan yang akan digunakan dalam pembangunan gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces).

Senjata-senjata tersebut dibutuhkan PKI yang sedang bersiap melakukan persiapan untuk mempersenjatai angkatan kelima.

Karier Militer DI Panjaitan yaitu sebagai berikut.

DI Pandjaitan mengawali karier militernya ketika ia mengikuti pendidikan Giyugun di Bukitinggi, Sumatra Barat dan lulus dengan pangkat Shoi (Letnan Dua).

Selanjutnya ia ditugaskan ke Pekanbaru hingga indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

Pasca proklamasi kemerdekaan, Pandjaitan bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang nantinya menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan menjabat sebagai Komandan Batalyon I merangkap Kepala Latihan Resimen IV Divisi III / Banteng hingga pada akhirnya diangkat sebagai Asisten IV Menteri / Panglima Angkatan Darat.

Baca Juga: Sila Pertama Pancasila 'Ketuhanan Yang Maha Esa' Memiliki Simbol Bintang, Ternyata Ini Maknanya

- Shodancho (Komandan Pleton) Giyugun di Pekanbaru (1944-1945).

- Anggota BKR di Riau (1945).

- Komandan Batalyon I merangkap Kepala Latihan TKR Resimen IV Divisi IX / Banteng (1945-1947).

- Kepala Staf Resimen IV Riau Utara Divisi IX / Banteng (1947-1948).

Baca Juga: Kode Redeem FF Terbaru 2 Oktober 2021, Dapatkan Elite Pass, M249 hingga Spas 12 Mesmerizing Nights

- Kepala Bagian IV / Supply Komando Tentara Teritorium Sumatra merangkap Kepala Pusat Perbekalan PDRI (1948-1949).

- Kepala Bagian II / Operasi Komando Tentara Teritorium Sumatra Utara kemudian menjadi KO TT I / Bukit Barisan (1949-1952).

- Kepala Bagian III / Organisasi KO TT I / Bukit Barisan (1950-1952).

- Wakil Kepala Staf merangkap Pelaksana Kepala Staf TT II / Sriwijaya (1952-1956).

Baca Juga: PT KAI Bangun Patung Soekarno di Polder Tawang, Tingkatkan Daya Tarik Pariwisata Kota Semarang

- Mendapat tugas mengikuti pendidikan di Kursus Militer Atase Gelombang I dan Senior Officer Courses of the Infantry School, India (1956).

- Asisten Atase Militer di Bonn, Jerman Barat (1956-1960).

- Atase Militer di Bonn, Jerman Barat (1960-1962).

- Asisten IV Menteri / Panglima Angkatan Darat (1962-1965).

Baca Juga: Pimpin Proklamasi tidak Berdarah, BPIP: Soekarno Umat Islam Paling Berhasil Teladani Politik Nabi Muhammad SAW

- Perwira Siswa di Associate Courses pada U.S Army General and Command Staff College (1963-1964).

- Mayor (30 Oktober 1945- 30 Oktober 1948).

- Kapten (30 Oktober 1948-1 Oktober 1952), Pangkat diturunkan karena adanya Kebijakan Re-Ra (Reorganisasi dan Rasionalisasi) TNI.

- Mayor (1 Oktober 1952-1 Juni 1956).

- Letnan Kolonel (1 Juni 1956-1 Juli 1960).

- Kolonel (1 Juli 1960-1 Juli 1963)

- Brigadir Jenderal TNI (1 Juli 1963-5 Oktober 1965).

Baca Juga: Profil Coldplay, Band Asal Inggris dengan Segudang Prestasi

Di tengah malam tanggal 1 Oktober 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 September menyusup dan melakukan tembakan ke rumah Panjaitan di Jalan Hasanuddin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Selanjutnya DI Panjaitan ditembak di kepala waktu ia sedang berdoa.

Jenazahnya dibawa dengan truk menuju Lubang Buaya dan baru ditemukan pada tanggal 4 Oktober.

Baca Juga: Lirik Lagu 'My Universe' Hasil Kolaborasi dari BTS dan Coldplay, Simak Liriknya

Sehari berikutnya, Panjaitan memperoleh promosi anumerta sebagai Mayor Jenderal dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Gugur dalam Peristiwa G30S/PKI dan selanjutnya dianugerahi kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal TNI Anumerta (1965).

Dilansir Lamongan Today dari Mantra Sukabumi, artikel ini telah tayang dengan judul "Profil Mayjen Anumerta DI Panjaitan, Pahlawan yang Tewas Dibunuh oleh Gerombolan PKI."(Fery Firmansyah/Mantra Sukabumi)***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: Mantra Sukabumi


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x