Sejarah Indonesia: Kisah Perjuangan Cut Nyak Dien Melawan Belanda

11 November 2021, 10:59 WIB
Ilustrasi Cut Nyak Dien. Tangkapan layar YouTube/@WahanaCerita /

LAMONGAN TODAY - Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan nasional wanita Indonesia, yang terkenal dalam perlawanannya melawan penjajah Kolonial Belanda.

Ia lahir di Lampadang sekitar tahun 1848 dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar.

Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang Uleebalang. Sedangkan Ibunya juga adalah putri seorang Uleebalang.

Baca Juga: Bertabur Bintang! Inilah Daftar Squad Terupdate Persis Solo 2021

Ketika kecil, Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan agama yang cukup baik. Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dien dan berusaha melamarnya.

Hingga ketika usia 12 tahun, Ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya dengan lelaki bernama Teuku Cek Ibrahim Lamnga.

Dari pernikahannya, mereka memiliki satu anak laki-laki.

Baca Juga: Selamat! Felicya Angelista Lahiran Anak Pertama, Perempuan Bernama Graziella Bible Emmanuela

Perang Aceh Meletus

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh, hingga perang Aceh pun meletus.

Pada perang pertama yang berlangsung tahun 1873 hingga 1874, Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, bertempur melawan Belanda yang dipimpin oleh Johan Harman Rudolf Kohler.

Saat itu, diberitakan Belanda mengirim sekitar 3198 prajuritnya. Lalu pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di pantai Chairman di bawah pimpinan Kohler dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya.

Baca Juga: Bikin Geger Dunia, Indonesia Siapkan Bom Nuklir Hancurkan China, Cek Faktanya

Cut Nyak Dien yang berjuang bersama suaminya, kemudian berteriak memberikan semangat berjuang kepada para pasukannya.

"Lihatlah wahai orang-orang Aceh! Tempat ibadah kita dirusak! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadj budak Belanda?"

Dengan perjuangan yang berat dan penuh semangat, Kesultanan Aceh akhirnya dapat memenangkan perang pertama itu.

Baca Juga: Jangan Olahraga Berat-Berat, Serangan Jantung Bisa Mengintai Anda

Suaminya, Ibrahim Lamnga, yang bertarung di garis depan, kembali dengan suara kemenangan. Sementara Kohler tewas tertembak pada April 1873.

Namun, pada perang berikutnya, Belanda dengan persenjataan yang lebih canggih, di bawah pimpinan Jenderal Jan Van Swieten, daerah 6 Mukim Aceh akhirnya dikuasai Belanda pada akhir tahun 1973.

Sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Hal itu membuat Cut Nyak Dien dengan membawa anaknya yang masih bayi, akhirnya mengungsi bersama para Ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875.

Baca Juga: Setelah Proses Berliku, Sopir Vanessa Angel yang Akibatkan Meninggal Dunia Jadi Tersangka

Sedangkan suaminya terus lanjut bertempur untuk merebug kembali daerah 6 Mukim, hingga suatu ketika, saat Ibrahim Lamnga bertempur di Getaroom, ia akhirnya tewas pada tanggal 29 Juni 1878.

Kejadian ini, justru membuat Cut Nyak Dien sangat marah dan semakin berkobar semangat perjuangannya. Ia bersumpah akan menghancurkan Belanda dan mengusirnya dari tanah Aceh.

Pada saat berjuang di medan perang, Cut Nyak Dien bertemu dengan pemimpin perjuangan lainnya, yaitu Teuku Umar.

Baca Juga: Review Film Mad Max Fury Road: Kejamnya Hidup di Masa Depan

Singkat cerita, Teuku Umar pun melamar Cut Nyak Dien untuk menjadi istrinya. Pada awalnya, Cut Nyak Dien menolak, karena ia mengira Teuku Umar akan membatasi perjuangannya saat itu.

Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk tetap ikut bertempur dalam medan lerang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880.

Hal tersebut semakin membuat moral dan semangat perjuangan para rakyat Aceh melawan Belanda semakin meningkat.

Baca Juga: Baru Mulai udah Ngakak Banget! Secret Royal Inspector Episode 1 Sub Indo dan English Sub

Cut Nyak Dien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang. Sekitar tahun 1885, Teuku Umar melakukan strategi baru dengan cara mendekati Belanda dan berpura-pura menyerahkan diri pada mereka, agar bisa masuk ke dalam pasukan Belanda.

Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang, pergi ke Kutaraja dan berpura-pura menyerahkan diri kepada Belanda.

Mereka juga mengatakan, akan membantu Belanda untuk menghancurkan para pejuang Aceh yang tersisa. Belanda sangat senang, karena musuh yang berbahaya, akhirnya menyerah dan mau bekerjasama membantu mereka, sehingga mereka Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh.

Baca Juga: Tempuh Jalur Hukum Atas Unggahan Jahat Taeyeon SNSD, SM: Kami Berikan Peringatan Anda!

Teuku Umar memang sengaja merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, hingga ia dituduh sebagai pengkhianat oleh orang pejuang Aceh lainnya.

Bahkan pejuang wanita lainnya, yaitu Cut Meutia datang menemui Cut Nyak Dien dan memakinya, karena dianggap telah berkhianat.

Namun, Teuku Umar masih terus menjalankan strateginya untuk berhubungan dengan Belanda. Teuku Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan Ia mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai.

Baca Juga: Belum Lapor, Atta Halilintar Kemalingan, Motor Raib Digondol Maling

Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Jmar melakukan rencan palsu kepada orang Belanda dan mengklaim bahwa Ia ingin menyerang basis Aceh.

Ketika Belanda lengah, Teuku Umar pergi sengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali.

Pengkhianatan ini dikenal dengan sebutan Het Verraad Van Teukoe Oemar, yang berarti Pengkhianatan Teuku Umar.

Baca Juga: Jangan Sampai Salah Langkah! Ini 7 Tips Buat Pemain Baru Blue Archive Indonesia

Belanda yang marah karena telah dikhianati, kemudian melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar.

Akan tetapi, para pejuang Aceh, kini dilengkapi perlengkapan persenjataan dari Belanda. Dengan cara bergerilya, mereka mulai menyerang para serdadu Belanda.

Sementara itu, di kubu Belanda, Jenderal Van Swieten yang dianggap gagal, akhirnya diganti oleh Jenderal J. l. J. Hubertus Pel.

Baca Juga: Squid Game Meledak, Season Kedua Akan Segera Hadir: Lee Jung Jae Akan Melakukan Sesuatu untuk Dunia

Namun, penggantian itu tidak terlalu berpengaruh. Justru, Jendral Jacobus dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan dalam internal mereka.

Cut Nyak Dien dan Teuku Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Kutaraja dan Meulaboh, yang merupakan bekas markas Teuku Umar, sehingga Belanda terus-terusan mengganti Jenderal mereka yang bertugas.

Hingga pada suatu ketika, Belanda mengirim pasukannya yang bernama Marechaussee (De Marsose) ke Aceh. Pasukan ini disebut pasukan yang lebih terlatih dan kejam, serta dibekali dengan senjata yang lebih canggih. Hingga sangat sulit ditaklukkan oleh Orang Aceh.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Satu Nusa Satu Bangsa' Karya L Manik, Untuk Kenangan Perjuangan

Pasukan De Marsose ini membunuh dan menghancurkan semua yang ada di hadapan mereka. Akibat dari kekejaman pasukan De Marsose, banyak pejuang Aceh yang berguguran dan menyebabkan ketakutan pada para penduduk Aceh.

Belanda kemudian memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh yang berkhianat, sebagai informan mereka, untuk memata-matai para pasukan Aceh.

Hingga akhirnya, Belanda berhasil mengetahui rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.

Baca Juga: Match Fixing Lagi! Ini Kronologi Pengaturan Skor di Liga 2 Indonesia RANS Cilegon FC vs Perserang

Karena rencananya telah diketahui, akhirnya Teuku Umar pun gugur tertembak peluru serdadu Belanda.

Meskipun ditinggal suaminya yang telah gugur, perjuangan Cut Nyak Dien tetap berlanjut. Dengan memimpin perlawanan melawan Belanda, di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Pasukan ini terus bertempur, hingga akhirnya kalah juga pada tahun 1901, karena tentara Belanda lebih kuat saat itu.

Baca Juga: 'One Piece' Live Action, Eiichrio Oda: Kami Putuskan Ini Setelah Diskusi dengan Orang di Seluruh Dunia

Selain itu, kondisi Cut Nyak Dien juga sudah semakin tua, matanya sudah mulai rabun, dan Ia pun terkena penyakit lainnya.

Jumlah pasukannya juga terus berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan kala itu. Hingga akhirnya, Belanda lewat informannya, mengetahui lokasi persembunyiannya dan Cut Nyak Dien pun akhirnya tertangkap.

Jadi, pengkhianat bangsa pun sudah ada sejak zaman penjajahan dulu, yang membuat perjuangan menjadi semakin berat.

Baca Juga: Makna Pahlawan di Mata Artis, Jangan Banyak Mengeluh, Kerja Nyata!

Setelah ditangkap, Cut Nyak Dien di bawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan lainnya, berangsur-angsur sembuh.

Namun, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan para pejuang, Ia akhirnya di bawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lainnya.

Cut Nyak Dien Wafat

Di masa tuanya, selama ditahanan, Cut Nyak Dien mengajarkan ilmu agama Islam kepada para tahanan di situ. Sehingga ia dijuluki sebagai Ibu Perbu.

Baca Juga: Dwayne Johnson Bikin Gal Gadot Tercengang, Sangat Luwes dan Berbakat Menjadi Seorang Penari

Dalam sebuah gambar sejarah, terlihat foto seorang wanita tua yang terlihat sangat kesakitan. Foto itu menggambarkan, betapa sakitnya kondisi terakhir Cut Nyak Dien di masa tuanya.

Tergambar, betapa menderitanya Ia saat berada di tahanan. Betapa berat perjuangannya kala itu, dalam mempertahankan tanah kelahirannya.

Hingga akhirnya pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat karena usianya yang sudah tua.

Baca Juga: Kode Redeem ML Terbaru dari Moonton 10 November 2021, Klaim Skin Epic Gratis

Makam Cut Nyak Dien sendiri baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, yaitu Ali Hasan.

Kemudian, Cut Nyak Dien baru diakui sebagai pahlawan nasional dan disahkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964.

Begitulah kisah perjuangan Cut Nyak Dien, seorang pahlawan wanita asal Aceh. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: YouTube/@WahanaCerita

Tags

Terkini

Terpopuler