Banyak Peroleh Dukungan Sebagai Simbol Perlawanan Rezim Jokowi, Pengamat: Anies-Gatot Dahsyat!

- 4 Oktober 2020, 20:02 WIB
Selain Diminta Berhenti sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ini Tiga Menteri yang Kritik Keras Kebijakan Anies Baswedan
Selain Diminta Berhenti sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ini Tiga Menteri yang Kritik Keras Kebijakan Anies Baswedan /Youtube Anies Baswedan/

LAMONGAN TODAY -- Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah mulai mencuat dalam kontestasi pemilihan presiden (Presiden) 2024.

Terbaru, adanya duet Anies Baswedan dan mantan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo akan menjadi pasangan yang dahsyat.

Menurut Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menilai Anies-Gatot sebagai simbol perlawanan dari rezim saat ini.

Baca Juga: Moeldoko Ingin Bongkar Kematian Covid-19 di RS, Malah Diserbu Dokter, Simak Fakta Sebenarnya

"Ceruk kosong yang ditinggalkan Prabowo, sejauh ini Anies Baswedan yang mengisi. Banyak sekali pendukung Prabowo yang kecewa kemudian menjagokan Anies Baswedan yang dianggap sekarang sebagai simbol perlawanan the establishment rezim Jokowi," kata Refly dalam channel YouTube Refly Harun, Minggu (4/10/2020).

Refly mengatakan, posisi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tidak jelas.

Begitu pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo yang dianggap sebagai putra mahkota dari incumbent, dari arus yang saat ini berkuasa.

Baca Juga: Suka Makan Jengkol Tapi Takut Bau? Ini Cara Menghilangkan Bau Sehabis Makan Jengkol

Di sisi lain, lanjut Refly, akhir-akhir ini, sejak Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dideklarasikan dan ada penghadangan di mana-mana.

Nama Gatot Nurmantyo yang merupakan Presidium KAMI melonjak, naik terus, dan ada kemungkinan diperhitungkan dalam perhelatan 2024.

Gatot Nurmantyo diduga lakukan pencemaran nama baik pada PMII Bandung.*
Gatot Nurmantyo diduga lakukan pencemaran nama baik pada PMII Bandung.* ANTARA

"Apalagi dia adalah purnawirawan TNI dan pangkat jenderal, dan kedudukan tertinggi sebagai panglima TNI. Tentu ini memberikan keuntungan tersendiri,"

"Ya tentu akan dahsyat kalau Gatot dan Anies dipersatukan misalnya sebagai simbol perlawanan dari rezim. Tapi persoalannya, siapa yang mau menjadi nomor dua, karena dalam benak psikologis mereka, mereka harus menjadi the number one, menjadi nomor satu," ujarnya.

Baca Juga: Lirik Lagu ‘Nobody Wanna See Us Together’ – ‘Don’t Matter’ – Akon Lengkap dengan Terjemahan

Hal ini, menurutnya, sama dengan apa yang terjadi pada 2009. Ketika itu, Prabowo harus bernegosiasi dengan Megawati Soekarnoputri pada 2009 dan akhirnya Prabowo memilih menjadi calon wakil presiden.

Menurut Refly seperti diberitakan Warta Ekonomi mengulas berita SINDOnews berjudul Gatot Nurmantyo Berpotensi Ambil Alih Peran Prabowo di Politik, ada ceruk kosong yang ditinggalkan Prabowo Subianto yang kini merapat ke pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Itu bisa terjadi karena keduanya kepepet, keduanya tidak bisa maju kalau mereka tidak bersatu. Akhirnya Prabowo mengalah, Megawati maju," katanya.*** (Warta Ekonomi).

Editor: Nugroho

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah