Pengamat: Ngaku Berubah Jadi Kalem, Ahok Nyatanya Tetap 'Ceplas-Ceplos'

- 27 September 2020, 21:08 WIB
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) //Jeda.id/

LAMONGAN TODAY -- Saat menjadi pemimpin, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dikenal sebagai pribadi yang memiliki komunikasi transparan dan 'ceplas-ceplos'.

Pengamat politik, M Qodari, mengungkapkan Ahok sempat berniat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih kalem dan menjaga komunikasinya di hadapan publik.

Hal itu, disampikan Qodari di akun Youtube Helmy Yahya Bicara pada Minggu, 27 September 2020.

Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG :Link Live Streaming MotoGP Catalunya Spanyol, Valentino Rossi Start Nomor 3

"Ahok mengatakan 'saya sudah berubah, jangan panggil saya Ahok, saya Basuki. Ahok itu dulu yang ceplas-ceplos saya sekarang Basuki'," ujarnya.

Namun saat mengobrol dengan Ahok, M Qodari mengakui bahwa Ahok nyatanya belum berubah.

"Cuma kan saya lihat pernyataan beliau lalu ada rencana-rencana yang sebagian tidak terpublikasi namun saya dengar, menurut saya Ahok tidak berubah," ujarnya.

Baca Juga: G30S PKI Diputar, SCTV Banjir Ucapan Terimakasih

Ia menilai bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut tak bisa menang jika ingin memiliki jabatan apapun yang didapat melalui pemilihan umum.

"Karena istilahnya Ahok ini bagus kerjanya buruk komunikasinya, mungkin dia harus yang ditunjuk. Bukan dipilih (jabatannya) tapi dipilih seperti menteri. Tapi waktu saya pulang, ini masih 2017 nih saya berubah pikiran karena menteri juga jabatan publik," tambahnya.

Menurut M Qodari, seorang pekerja publik seharusnya memiliki hasil kerja dan komunikasi yang sama-sama baik.

Baca Juga: Telat Nonton, Jangan Bersedih, Cek Film G30S PKI yang Tayang di SCTV

"Karena pekerjaan bagus kalau komunikasi buruk itu rusak contohnya siapa, Ahok sendiri karena itu kesimpulan saya Ahok itu cuma tepat di perusahaan swasta. Gak cocok di jabatan publik atau yang berhadapan dengan publik," ujarnya.

Ia pun sempat kaget saat Ahok ditunjuk sebagai komisaris utama di PT Pertamina (Persero).

Untuk menanggulangi efek buruk setelahnya, M Qodari kemudian memberikan berbagai saran untuk Ahok.

Baca Juga: Spesifikasi Xiaomi Redmi Note 8, Hape Garang Tapi Harganya Murah

Salah satunya meminta agar Ahok memakai juru bicara (jubir) jika ingin menyampaikan sesuatu ke hadapan publik.

"Dia tiba-tiba ditunjuk sebagai komisaris utama di Pertamina dan pada saat itu juga saya inget bicara ke media, saya katakan Pak Ahok tolong jangan ngomong langsung ke media, bapak kerja dan tunjuk jubir yang berinteraksi dengan media karena saya takut beliau komunikasinya itu katakanlah bombastis dan kontroversial," ujarnya.

Tampaknya saran tersebut tak diikuti sehingga belakangan Ahok pun mendapat sorotan publik terkait kerugian di PT Pertamina (Persero).

Baca Juga: Lirik Lagu 'Terlalu Banyak Bacot' - Boorcay feat. Dandy Barakati, Trending di Tiktok

"Kayaknya saran ini gak diikutin makanya belakangan ini ada beberapa pernyataan ya termasuk yang kemarin itu akhirnya menimbulkan kontroversi lagi karena beliau mengatakan 'kalau ada saya Pertamina gak akan rugi'," jelasnya.

Berdasarkan keterangan M Qodari, seperti diberitakan Pikiran Rakyat dengan judul Jadi Bom Waktu di Tengah Pandemi, Pengamat Politik: Satu Ahok, Kedua Pilkada, Ahok tidak memiliki sensitivitas komunikasi.

"Saya menyimpulkan kalau Pak Ahok itu memang tidak punya sensitivitas komunikasi, apa yang diomongkan di dalam diomongkan di luar. Dia tidak tahu situasi dan kondisi. Bukan berarti tidak jujur tapi kita kan harus memilah," tambahnya.

Baca Juga: Daryono BMKG Sebut Masyarakat Gagal Paham Soal Gempa Megathrust , Ini Penjelasannya

Selain itu, M Qodari mengatakan bahwa Ahok merupakan pribadi yang bombastis, emosional, dan sulit membedakan situasi.

"Jadi Ahok sekarang bom waktu yang sedang berjalan juga. Jadi kita pada hari ini punya dua bom waktu, satu Pilkada kedua Ahok," ujarnya.

Sebaiknya Ahok pun tak bermain media sosial yang dapat membuatnya dihadapkan langsung dengan publik.

Baca Juga: Kandidat di Pilkada Ngawi dan Kediri Lawan Kotak Kosong

"Yang kedua jangan main medsos lagi, termasuk Youtube karena Youtube itu ya platform yang langsung ke masyarakat gak ada sensor sama sekali," ujar M Qodari.

Ia menambahkan bahwa Ahok tampaknya hanya memikirkan sesuatu yang dianggap benar oleh pribadi.

"Intinya track record Ahok itu baik yang diketahui publik maupun yang tidak diketahui publik menunjukkan bahwa dia orang yang tidak punya sensitivitas terhadap publik, yang dia pikirkan cuma dirinya aja. Apa yang dia mau, mau, dia kerjakan," ujarnya.

Baca Juga: Kabar Gembira, Valentino Rossi Masih Akan Balap Satu Musim Lagi, Pindah ke Petronas Yamaha

Meski satu sisi memiliki nilai baik, namun untuk pejabat publik sikap tersebut kurang tepat.

"Tapi untuk pejabat publik, rasa-rasanya itu berbahaya apalagi sekarang kita hidup di dunia yang tanda kutip banyak pembelahan-pembelahan," tambah M Qodari.* (Farida/Pikiran Rakyat)

Editor: Nugroho

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x