Tradisi ini mengakar dalam budaya masyarakat Toraja meskipun mereka merupakan komunitas Kristen Protestan.
Sesuai tradisi, ketika orang yang dicintai meninggal, maka keluarga terlebih dahulu menyimpan jasad selama berbulan-bulan bahkan terkadang hingga bertahun-tahun. Baik di rumah maupun tongkonan, bangunan khusus yang dirancang untuk menampung orang mati.
Hal tersebut memungkinkan dengan mumifikasi jenazah. Sebelum pemakaman dilakukan, selama masa berkabung, keluarga menabung guna mempersiapkan kebutuhan penguburan dan berinteraksi dengan jenazah seolah-olah mereka masih hidup.
Komunitas Torja menganggap kematian sebagai aspek terpenting dalam hidup. Tak sedikit yang rela terjerat utang demi memenuhi semua ritual pemakaman. Kunjungan tahunan pada kerabat dianggap sebagai pemakaman kedua di mana mereka membersihkan atau mengganti peti mati untuk mencegah jenazah membusuk.
Baca Juga: Otak Pembunuhan Bos Pelayaran Pura-Pura Kesurupan, Jadi Apa Ya?
Artikel ini pernah tayang di Galamedianews dengan judul Didandani Hingga Diajak Berselfie, Di Sini Setiap Agustus Jasad Keluarga Kembali Digali dari Kubur, Rabu, 26 Agustus 2020.
Setelah menghabiskan waktu dengan jasad dan mendandani kembali dengan pakaian baru serta membersihkan peti mati, jasad-jasad tadi dimakamkan lagi dengan menyertakan hadiah di dalam peti yang berornamen dan berwarna-warni
Komunitas Torja menganggap kematian sebagai aspek terpenting dalam hidup. Tak sedikit yang rela terjerat utang demi memenuhi semua ritual pemakaman. Kunjungan tahunan pada kerabat dianggap sebagai pemakaman kedua di mana mereka membersihkan atau mengganti peti mati untuk mencegah jenazah membusuk.
Baca Juga: Lirik Lagu Di depan Orang Tuamu Kau Malukan Diriku’, Berbeza Kasta – Thomas Arya
Setelah menghabiskan waktu dengan jasad dan mendandani kembali dengan pakaian baru serta membersihkan peti mati, jasad-jasad tadi dimakamkan lagi dengan menyertakan hadiah di dalam peti yang berornamen dan berwarna-warni