Meliputi mencari tahu dengan komprehensif mengenai beasiswa yang ada, jurusan dan perguruan tinggi yang diinginkan, sampai biaya hidup yang ditanggung.
Sementara itu, juga dibutuhkan motivational letter yang ‘menjual’ supaya berpeluang menjadi penerima beasiswa itu.
“Buat personal statement yang to the point, apa dan bagaimana ilmu yang kita dapatkan nanti dapat digunakan di kemudian hari,” tambahnya.
Perjuangan panjang untuk dapat meneruskan pendidikan itu tidak berhenti sampai disitu. Ia pun harus menghadapi pandemi di negeri rantau dan melihat teman-teman seangkatannya mendapatkan rasisme karena mewabahnya Covid-19 di Inggris. Akan tetapi begitu, pihak kampus terus menjaga mahasiswa dan mengatasi hal itu usai bekerja sama bersama kepolisian setempat.
Sebagai mahasiswa program magister di luar negeri pada masa pandemi pun dialami oleh Risza Damayanti, Analis Kebijakan Pertama di Sekretariat Kementerian PANRB. Belajar melalui daring lewat aplikasi Zoom tidaklah hal yang terdapat pada bayangannya sebelumnya.
Baca Juga: Thariq Halilintar Minum 'Racun', Fuji: Sumpah Demi Apapun Aku Usir Kamu!
“Yang berbeda hanya proses belajarnya. Load belajarnya masih sama, tetap ada kuliah, seminar mingguan, dan tugas mingguan,” ungkap lulusan magister di University of York, Inggris di tahun 2021 kemarin itu.
Selain itu, Mas Pungky Hendrawijaya yang juga memperoleh gelar doktornya di Curtin University, Australia, ikut membagikan pengalamannya mengerjakan tugas belajar. Selama berkuliah di jurusan Business Law, ia diwajibkan mendatangi sejumlah konferensi internasional dan mempresentasikan hasil risetnya pada acara itu. Publikasi hasil riset pada jurnal internasional pun merupakan prasyarat supaya dapat lulus dari universitas yang berlokasi di Perth itu.
Untuk mempersiapkan riset proposal, Mas Pungky merekkmendasikan agar menyiapkan topik yang spesifik.