Gawat! Area Selatan Jawa Terancam Gempa Magnitudo 9,1 Pesisir Banten Sampai Jatim Berpotensi Tsunami

- 30 Desember 2020, 20:03 WIB
ilustrasi jalan rusak akibat gempa.
ilustrasi jalan rusak akibat gempa. / Wilson Malone/pexels.com/@wilsonmalone

LAMONGAN TODAY- Mengejutkan, tersiar kabar yang menyebutkan adanya potensi gempa yang dapat membangkitkan tsunami di kawasan Selatan Jawa. Hal tersebut diungkapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Institut Teknologi Bandung.  

Diketahui dua lokasi yang dimaksud berada dikawasan selatan Jawa Tengah - Jawa Timur dan selatan Banten - Jawa Barat.

Plt. Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB Abdul Muhari, Ph.D. telah mempublikasikan temuan itu dalam jurnal internasional Nature.

Baca Juga: Lengkap! Harga dan Spesifikasi Samsung Galaxy M Series Mulai 1 Jutaan, Ada Samsung Galaxy M51, M21,

Terdapat segmen yang berada di selatan Banten – Jawa Barat dengan potensi energi hingga magnitudo 8,8 ungkap Abdul Muhari .

Sebagaimana dikutip LamonganToday.com dari Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “Gempa Magnitudo 9,1 Ancam Selatan Jawa, Tsunami Berpotensi Sapu Pesisir Banten Sampai Jawa Timur” lebih lanjut Abdul Muhari menerangkan sebagai berikut.

“Sedangkan segmen Jateng - Jatim berpotensi memiliki energi magnitudo 8,9 yang jika terlepas secara bersamaan akan menghasilkan potensi energi setara magnitudo 9,1,” ujar Abdul Muhari dalam siaran pers yang diterima Pikiran-rakyat.com, Selasa, 28 Desember 2020.

Baca Juga: Teddy Marah Gara-gara Foto Bintang di-Upload, Pak Ecet: Bukannya Terima Kasih

Mengantisipasi hal tersebut, BNPB  telah mendesain upaya mitigasi terintegrasi. Salah satu Langkah yakni pembangunan greenbelt yang akan dilakukan dalam waktu dekat. 

Greenbelt atau sabuk hijau yang akan dibangun merupakan gugusan tanaman yang mengkombinasikan dua jenis pohon, yaitu mangrove dan pohon palaka.

Mangrove ditanam di sisi menghadap ke laut dengan jenis pandanus atau jenis mangrove lain yang bisa tumbuh di substrat pasir. 

Baca Juga: Jangan Salah Langkah, Ini Panduan Beternak Ikan Cupang Bagi Para Pemula, Simak Sampai Selesai

Tanaman ini berfungsi untuk mereduksi energi tsunami. Sedangkan palaka, pohon yang termasuk tanaman keras ini berfungsi sebagai lapisan pelindung di sisi belakang atau sisi darat.

Abdul Muhari, Ph.D mengatakan, ketebalan dan formasi penanaman vegetasi ini akan diatur sedemikian rupa, berbasis perhitungan ilmiah agar penetrasi tsunami tidak terlalu jauh ke arah darat dan dapat meminimalisir korban dan kerusakan di daratan.

“Kegiatan penanaman ini diupayakan akan dimulai pada awal tahun dengan berkoordinasi dengan Pemda setempat,” ujar Muhari.

Baca Juga: Polisi Periksa Gisel dan MYD sebagai Tersangka Kasus Video Asusila 4 Januari 2021

 Menurut Muhari, sejauh ini beberapa daerah teridentifikasi telah memiliki tempat evakuasi sementara (TES), namun tidak seluruhnya karena beberapa daerah terletak di dataran rendah.

Untuk itu, Dr. Abdul Muhari menyampaikan untuk daerah-daerah yang berada di dataran rendah, TES dapat memanfaatkan sekolah atau bangunan-bangunan tinggi yang tahan gempa dan tsunami.

Selain itu, fasilitas umum seperti jembatan penyeberangan juga dapat digunakan sebagai temporary vertical evacuation, seperti yang sudah dilakukan di Jepang. Fasilitas tersebut harus didesain sedemikian mudah dijangkau oleh masyarakat yang akan berlari untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Hentikan Semua Bentuk Kegiatan dan Aktivitas FPI

Riset mengenai potensi tsunami ini disampaikan oleh Abdul Muhari dan peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Sri Widyantoro dan Rahma Hanifa di hadapan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, para bupati di kawasan selatan Jawa, TNI, Polri, serta Forkopimda lingkup Provinsi Jawa Tengah.

Menyikapi potensi tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar menyampaikan perlu dilakukan pertemuan dengan pihak Pertamina yang memiliki fasilitas penampungan bahan bakar minyak di Kabupaten Cilacap.

Pertemuan ini bertujuan untuk mendiskusikan perlunya penguatan atau perbaikan fasilitas-fasilitas vital yang akan berpotensi memberikan collateral damage pada saat tsunami terjadi.

Baca Juga: Tips Dan Trik Untuk Memulai Sebuah Usaha Dan Mengalahkan Rasa Takut Dari Sandiaga Uno Untuk Milenial

Di sisi lain, pemerintah juga perlu memperkuat upaya pengurangan risiko bencana (PRB), seperti kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami.

Kesiapsiagaan tersebut dapat dilakukan dengan memperkuat desa tangguh bencana, melakukan latihan kesiapsiagaan bersama dengan pemerintah dan masyarakat terutama di daerah sepanjang selatan Jawa, minimal tiga kali dalam satu tahun.***(Pikiran-Rakyat.com/Windiyati Retno Sumardiyani)

 

Editor: Furqon Ramadhan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x