Pidato Macron Sakiti Muslim Se-Dunia, Jokowi: Mengaitkan Agama Dengan Terorisme adalah Salah Besar!

1 November 2020, 04:00 WIB
Ilustrasi: Poster Presiden Emmanuel Macron. /RRI/

LAMONGAN TODAY -- Pidato Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah menyakiti hati umat muslim. Tak terkecuali bagi Indonesia yang menjadi negara Negara Muslim terbesar di dunia.

Indonesia melihat masalah ini dengan sangat serius. Berbagai organisasi keagamaan dikumpulkan di antaranya, Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja Indonesia, PHDI, Permabudi dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia.

Bersama para menteri, berbagai komponen keagamaan di Indonesia ini membahas perkembangan dunia, terkait persaudaraan antar umat beragama.

Baca Juga: Menteri BUMN Turun Tangan Umumkan Empat BLT, Apa Saja? Simak Jadwal Selengkapnya

Hasil pertemuan itu, Indonesia pun mempunyai sikap tegas.

“Indonesia mengecam keras pernyataan presiden Prancis yang menghina agama islam, yang telah menyakiti hati umat Islam di seluruh dunia,” begitu menurut Presiden Jokowi dalam pernyataan persnya dikutip dari Jurnal Presisi dengan Judul Istana buka suara Jokowi mengecam keras ucapan macron yang menyakiti umat Islam seluruh dunia, Sabtu, 31 Oktober 2020 di Istana Negara.

Presiden Jokowi.

Walaupun Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan di Paris dan Nice terkait terbunuhnya Paty, namun Indonesia menolak keras pernyataan Presiden Prancis terkait masalah tersebut.

Baca Juga: Jokowi Berkuasa, Projo Terang-Terangan Minta Jatah Komisaris BUMN, Demokrat: Kita Oposisi Menahan

Jokowi menambahkan bahwa kebebasan ekspresi dari karikatur Nabi Muhammad, seperti yang diucapkan Macron, bisa memecah-belah kerukunan antar umat beragama di dunia.

“Kebebasan berekspresi, kesakralan, simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan. Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme adalah kesalahan yang besar.” tambah Jokowi.

Presiden Jokowi akhirnya mengajak dunia mengedepankan persatuan dan toleransi dunia untuk membangun tata dunia dengan lebih baik. Tindakan terorisme tidak ada hubungan dengan agama apapun, imbuh Jokowi.

Baca Juga: Simak! Jadwal Transfer BTL Subsidi Gaji Gelombang Dua Telah Bocor, Jangan Sampai Kelewatan

Isi Pidato Emanual Marcon

Pada 2 Oktober 2020 dalam pidatonya di hadapan anggota dewan, kepala daerah dan perwakilan kelompok masyarakat sipil, Presiden Macron menyampaikan pentingnya mempertahankan nilai-nilai mendasar di Prancis dan juga beberapa pernyataan terkait Islam dan radikalisme.

Selang beberapa pekan terjadi kematian seorang guru di Prancis Samuel Paty, Presiden Macron kembali menegaskan pemerintah bersama rakyat Prancis akan terus mempertahankan nilai-nilai kebebasan yang jadi dasar terbentuknya republik.

Ancaman masyarakat Perancis adalah Islam separatis, yaitu sekelompok penganut Islam ekstremis atau fanatik yang melenceng dari nilai nilai Republik, ungkap presiden prancis Macron pada pidatonya di Les Mureaux.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Sabtu 31 Oktober 2020, Andin Bertemu dengan Rena

"Dalam konteks Islam radikal—karena ini yang jadi topik pembahasan dan mari kita bicara dan menyebut masalah ini—kehendak yang secara sistematis ingin melanggar aturan hukum republik dan membentuk aturan sendiri, [...] dan ini secara perlahan mengarah ke penolakan terhadap kebebasan berekspresi, kebebasan hati nurani, dan hak untuk menistakan (agama, red), dan diri kita pada akhirnya diam-diam berubah jadi seseorang yang radikal,” kata Presiden Macron lewat pidatonya yang disiarkan di laman resmi Kedutaan Besar Prancis di Jakarta sebagaimana dikutip dari Antara.

Otoritas keamanan Prancis melakukan pengawasan hampir 170 orang dicurigai akan terlibat aksi teror. “Kami tahu 70 orang dari kelompok itu telah pergi ke Suriah,” kata presiden.

Sementara itu, setelah kematian Paty, Macron mengatakan, “Kami akan terus bertahan, profesor (merujuk ke Samuel Paty, red). Kami akan terus berjuang untuk kebebasan, kamu telah jadi wajah perjuangan mempertahankan republik,” kata Macron lewat unggahannya di Twitter pada 22 Oktober 2020.

Baca Juga: Ada Fenomena Blue Moon Hari Ini, Jangan Lewatkan Karena Jarang Terjadi

Samuel Paty merupakan seorang guru di Prancis yang tewas dipenggal kepalanya oleh Abdoullakh Abouyedovich Anzorov, di Conflans-Sainte-Honorine, daerah di luar Kota Paris pada 16 Oktober 2020.

Sebelum tewas, Paty dalam suatu diskusi di kelas sempat menunjukkan kepada murid-muridnya gambar kartun Nabi Muhammad, yang kembali diterbitkan oleh Charlie Hebdo, bulan lalu.

Dari rangkaian peristiwa itu, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), lewat pernyataan tertulisnya bulan ini, menyesalkan adanya pernyataan yang berpotensi memecahkan persatuan antara Prancis dan umat Islam dunia.

Baca Juga: Presiden Jokowi Buka Suara: Presiden Prancis Emmanul Macron Hina dan Lukai Perasaan Umat Islam Dunia

OKI menyebutkan seluruh pihak seharusnya bersama-sama meninjau kembali kebijakan diskriminatif terhadap Muslim dan menghindari aksi-aksi provokatif yang dapat melukai perasaan lebih dari satu miliar pemeluk Islam di dunia.***

Editor: Nugroho

Sumber: ANTARA Jurnal Presesi

Tags

Terkini

Terpopuler