Ngeri, Zaman PKI DN Aidit Tawarkan Daging Tikus untuk Jadi Makanan Rakyat

30 September 2020, 13:08 WIB
Ngeri, Zaman PKI DN Aidit Tawarkan Daging Tikus untuk Jadi Makanan Rakyat /

 

LAMONGAN TODAY – Peristiwa  Gerakan 30S/PKI menjadi salah satu  sejarah kelam di Indonesia yang tak terlupakan.

Peristiwa G30S/PKI kini selalu diperingati masyarakat Indonesia setiap tanggal 30 September 2020. Orang – orang Indonesia memperingatinya dengan memasang bendera setengah tiang di halaman rumah mereka.

Dalam peristiwa G30S/PKI, sosok Dipa Nusantara Aidit alias DN Aidit selalu muncul dalam pencarian mesin google. DN Aidit diyakini berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Baca Juga: CIA Ungkap Fakta Dalang Utama Peristiwa G30S PKI

Banyak sumber menyebut jika Aidit merupakan aktor dari eksistensi PKI di masa pemberontakan Madiun 1948 hingga 1965.

Salah satu cerita yang hingga kini masih terngiang adalah bagaimana seorang DN Aidit yang diceritakan sering membagikan daging tikus untuk dimakan rakyat Indonesia.

Sebagaimana diberitakan Jurnal Gaya dalam artikel berjudul, Zaman PKI, Daging Tikus Pun Jadi Santapan Rakyat, Rabu 30 September 2020, pemerhati sejarah Toto Taryana menceritakan bahwa pada zaman dahulu, kuliner nusantara dibuat heboh dengan Inovasi DN Aidit.

Apa yang ditawarkan DN Aidit? Ternyata daging tikus. Ya, Aidit  berpendapat bahwa makan tikus sangat baik bagi tubuh.

Baca Juga: Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI Tayang di TV One Malam Ini, Begini Fakta Film Tersebut

Seperti kisah yang dikutip dari buku biografi menteri agama RI tahun 60-an, K.H. Saifuddin Zuhri yang berjudul Berangkat dari Pesantren.

Dalam suatu rapat umum PKI di Istora Senayan, anggota Pemuda Rakyat (pemudanya PKI ) ramai – ramai memakan dendeng tikus.

Tidak berselang lama setelah itu dalam sidang DPA yang membicarakan penanganan hama tikus,  Aidit yang duduk bersebelahan dengan Saifuddin Zuhri bertanya kepada ketua sidang, Bung Karno.

“Saudara Ketua, baiklah kiranya ditanyakan kepada Menteri Agama yang duduk di sebelah kanan saya ini, bagaimana hukumnya menurut agama Islam memakan daging tikus,” ujarnya.

Sebetulnya.Aidit sudah tahu bahwa dalam Islam memakan daging tikus adalah haram hukumnya, tapi ia berlagak tidak tahu, ia lebih senang dikenal sebagai orang yang anti agama.

Baca Juga: Fakta FIlm Penumpasan Pengkhianatan G 30S PKI, Awalnya Rano Karno Akan Bermain Dalam Film

Makanya, ia sengaja mengajak berdebat dengan menteri agama dan mengatakan bahwa memakan tikus adalah bagus karena dapat membantu membasmi hama. 

Jadi menurut Aidit dengan mengharamkan memakan tikus menunjukkan kelemahan Islam.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Saifuddin Zuhri tidak menjawab dengan mengutip dalil – dalil Quran mengenai memakan tikus, tapi ia menjawab dengan bahasa yang enteng saja.

“Saudara ketua, tolong beritahukan kepada si penanya di sebelah kiriku ini bahwa aku sedang berjuang agar rakyat mampu makan ayam goreng. Karena itu jangan dibelokkan untuk makan daging tikus,” ujar Saifudin Zuhri pada masa itu.

Mendengar jawaban ini para anggota sidang dan Bung Karno tertawa terbahak – bahak, sedangkan Aidit terdiam.

Dipa Nusantara Aidit lahir di Tanjung Pandan, Belitung, 30 Juli 1923. Ia adalah seorang pemimpin senior Partai Komunis Indonesia (PKI).

Lahir dengan nama Ahmad Aidit di Pulau Belitung, ia akrab dipanggil "Amat" oleh orang-orang yang akrab dengannya.

Baca Juga: Fakta FIlm Penumpasan Pengkhianatan G 30S PKI, Awalnya Rano Karno Akan Bermain Dalam Film

Aidit mendapat pendidikan dalam sistem kolonial Belanda. Meskipun ia seorang Marxis dan anggota Komunis Internasional (Komintern), Aidit menunjukkan dukungan terhadap paham Marhaenisme Sukarn dan membiarkan partainya berkembang tanpa menunjukkan keinginan untuk merebut kekuasaan.

Sebagai balasan atas dukungannya terhadap Sukarno, ia berhasil menjadi Sekjen PKI, dan belakangan Ketua.

Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan Tiongkok.

Ia mengembangkan sejumlah program untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI), Lekra, dan lain-lain.(Dini Yustiani/Jurnal Gaya/PRMN)

 

Editor: Nita Zuhara Putri

Sumber: Pikiran Rakyat Jurnal Gaya

Tags

Terkini

Terpopuler