Omicron Disebarkan dengan Cara Chemtrails, Begini Penyebabnya, Cek Fakta!

19 Februari 2022, 16:20 WIB
Lonjakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta memasuki Level 4. /Reuters/Christian Hartmann

LAMONGAN TODAY - Pembahasan tentang chemtrails, yang merupakan kependekan dari chemical trails (jejak kimia), telah berulang kali beredar di media sosial selama pandemi, sejak awal 2020.

Melansir Wikipedia, chemtrails diartikan sebagai jejak kondensasi berupa zat kimia yang sengaja disemprotkan pesawat untuk tujuan jahat, tanpa diungkap ke masyarakat.

Pada Februari 2022, isu soal chemtrails pun kembali muncul. Kali ini penyebarannya diklaim terjadi di langit Jakarta.

Baca Juga: Beda Dengan Jakarta, California Alami Musim Paling Kering Sejak 1984, Ini Penyebabnya

Zat kimia yang disemprotkan pun dinarasikan sebagai varian baru virus corona, yakni Omicron.

Pernyataan itu terlihat dari salah satu unggahan pengguna Twitter pada 14 Februari 2022.

Berikut potongan narasinya:

"Chemtrail untuk meracuni kesehatan Publik.

Baca Juga: Long COVID Jadi Isu Global untuk Pasien dan Sistem Kesehatan

Begitu pada sakit/berobat, tinggal dicap PCR sebagai Omicron.

Dan siklus Plandemit WuhanFLU berputar lagi.

Tai kucing emang nih Otak GerombolanLICIK nya..".

Baca Juga: Peacemaker Dipastikan Muncul Lagi di Serial atau Film DCEU yang Lain

Lantas, benarkah Omicron di Jakarta disebar lewat chemtrail?

Isu chemtrails dan perannya dalam mengedarkan wabah COVID-19 varian Omicron, merupakan informasi menyesatkan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Pelaksana tugas Deputi Bidang Klimatologi Urip Haryoko menjelaskan klaim mengenai chemtrails dan dampak negatifnya sejauh ini tidak terbukti, dikutip dari laporan Antara.

Baca Juga: Pemerintah Berusaha Atasi Permasalahan Minyak Goreng dengan Holistik

Urip menjelaskan yang disebut dengan chemtrails, sesungguhnya hanyalah wujud dari "condensation trails" atau disingkat contrails.

Contrails adalah fenomena yang terjadi di udara akibat emisi dari mesin jet pesawat terbang yang bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah.

Laporan penelitian yang ditulis J. Marvin Herndon dan timnya berjudul "Chemtrails are Not Contrails: Radiometric Evidence" menyebutkan belum ada laporan resmi atau publikasi ilmiah yang memastikan keberadaan serta akibat buruk yang dapat ditimbulkan chemtrails.

Baca Juga: Termasuk Jawa Timur, Hujan Lebat dan Angin Akan Guyur Indonesia

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin juga memastikan bahwa garis putih yang beredar di langit itu adalah contrail.

Menurut Thomas, contrail tidak berbahaya, mengacu laporan kumparan.***

Editor: Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler