LAMONGAN TODAY - Sri Lanka mengalami krisis ekonomi karena tak mampu bayar utang sejumlah 51 miliar dolar AS (Rp729 triliun, kurs Ro14.300).
Sri Lanka kondisi dalam negerinya bergejolak, stabilitas politik dan ekonomi negara terancam.
Sri Lanka kini menyebabkan rakyat marah dan menuntut Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mundur.
Warga Sri Lanka juga turun ke jalan, menyatakan ketidak puasannya dengan kinerja pemerintah.
Selain Presiden Gotabaya Rajapaksa, rakyat yang murka di tengah krisis bahan bakar dan makanan pun mendesak adik presiden, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa mundur dari jabatannya.
Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa akhirnya mau berbicara dengan para demonstran.
"Perdana menteri siap memulai pembicaraan dengan para pengunjuk rasa di Galle Face Green," kata juru bicara kantornya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 14 April 2022.