LAMONGAN TODAY - Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa, akhirnya bersedia melakukan pembicaraan bersama para demonstran, yang seminggu terakhir terus meminta pemerintah sekarang untuk turun dari jabatan.
Krisis ekonomi yang semakin memburuk menyebabkan rakyat Sri Lanka semakin gelisah. Keadaan ekonomi yang tak segera membaik tersebut menurut rakyat dikarenakan oleh ketidakmampuan pemerintah.
Sri Lanka saat ini tengah berada pada gejolak krisis keuangan terburuk dari mulai kemerdekaannya di tahun 1948.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang tersebut kekurangan mata uang asing yang menghalangi impor bahan bakar dan obat-obatan. Hal tersebut berdampak dengan pemadaman listrik berjam-jam setiap hari.
Ribuan orang turun ke jalan. Di antaranya aksi di ibu kota komersial, Kolombo, untuk mengecam pemerintah.
Terlebih untuk menuntut pemimpin negara, yakni Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri, Mahinda Rajapaksa.
"Perdana menteri siap memulai pembicaraan dengan para pengunjuk rasa di Galle Face Green," kata juru bicara kantornya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 14 April 2022.