Peristiwa Inilah yang Membuat Mega Tsunami Akan Datang dalam Hitungan Bulan, Semoga Kita Terhindar!

21 Oktober 2020, 20:14 WIB
Ilustrasi ombak tsunami. /Pixabay

LAMONGAN TODAY -- Tsunami baru-baru ini tengah menjadi pembahasan yang cukup panas.

Bukan hanya di tanah air. Tapi juga di seantero dunia.

Sekolompok ilmuwan dunia memberikan sinyal peringatan terhadap prospek bencana yang akan datang di Prince William Sound.

Baca Juga: Semua Berkesempatan Sama Dapatkan Uang dari Telkomsel Senilai Rp10 juta, Cek Sayaratnya di Sini

Ilmuwan tersebut membeberkan bahwa tsunami dahsyat akan menerjang Alaska.

Hal ini terjadi karena adanya pemicu yang berasal dari longsoran batu yang dibiarkan tidak stabil setelah pencairan gletser.

Hal ini diungkap oleh para ilmuwan melalui surat terbuka kepada Departemen Sumber Daya Alam Alaska (ADNR) pada bulan Mei seperti dikutip dari Science Alert.

Baca Juga: Sedang Berlangsung : Link Live Streaming Mata Najwa, Najwa Shihab Bahas Satu Tahun Jokowi-Ma'Ruf

Para ilmuwan juga mengatakan bahwa tsunami dahsyat di Alaska akan terjadi dalam dua dekade mendatang. Mereka juga khawatir jika tsunami ini dapat terjadi dalam 12 bulan ke depan.

Meskipun potensi risiko tanah longsor semacam itu sangat serius, akan tetapi masih banyak yang tidak dapat diketahui tentang bagaimana atau kapan bencana ini bisa terjadi.

Yang jelas, ilmuwan mencatat bahwa retret gletser di Prince William Sound, di sepanjang pantai selatan Alaska, tampaknya berdampak pada lereng gunung di atas Barry Arm , sekitar 97 kilometer (60 mil) di timur Anchorage.

Baca Juga: Lontarkan Sindiran, Mahfud MD Pertanyakan Amien Rais Semasa Jadi Ketua MPR : Korupsi Masih Banyak!

Analisis citra satelit menunjukkan bahwa saat Barry Glacier mundur dari Barry Arm karena pencairan yang terus berlangsung, bekas retakan berbatu besar yang disebut scarp muncul di permukaan gunung di atasnya.

Hal ini menunjukkan bahwa tanah longsor yang bertahap dan bergerak lambat sudah terjadi di atas fjord. Akan tetapi jika permukaan batu tiba-tiba memberi jalan, konsekuensinya bisa mengerikan.

Meski pulau ini terpencil, akan tetapi kawasan ini adalah kawasan yang sering dikunjungi oleh kapal komersial dan rekreasi, termasuk kapal pesiar.

Baca Juga: UPDATE Peringatan Dini Cuaca Jabodetabek – Jakarta, Hujan Lebat Disertai Angin Kencang Melanda

"Awalnya sulit untuk mempercayai angka-angka itu. Berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang tergelincir, dan sudut kemiringan, kami menghitung bahwa keruntuhan akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing dan 11 kali lebih banyak energi daripada longsor Teluk Lituya di Alaska tahun 1958 dan mega-tsunami", salah satu peneliti ahli geofisika Chunli Dai dari Universitas Negeri Ohio mengatakan kepada NASA Earth Observatory.

Jika kalkulasi atau perhitungan dari tim ilmuwan itu benar, hasil seperti itu tidak mungkin terpikirkan seberapa dahsyatnya, karena pada tahun 1958 lalu, para saksi mata yang mengalami tsunami di wilayah ini menyamakannya dengan ledakan bom atom.

Seringkali tsunami pada saat itu dianggap sebagai gelombang tsunami tertinggi di zaman modern, mencapai ketinggian maksimum 524 meter (1.720 kaki).

Baca Juga: Harga Samsung Galaxy Terlengkap Mulai 1 Jutaan Oktober 2020 : Galaxy Note 20, Grand Neo, J7 Prime

Peristiwa runtuhnya lereng yang jauh lebih baru pada tahun 2015 di Taan Fiord di sebelah timur menghasilkan tsunami setinggi 193 meter (633 kaki), dan para peneliti mengatakan kegagalan ini dapat disebabkan oleh berbagai sebab.

"Lereng seperti ini dapat berubah dari lambat merayap menjadi tanah longsor yang bergerak cepat karena sejumlah pemicu yang mungkin," Tulis tim peneliti dalam sebuah laporan.

"Seringkali, hujan lebat atau berkepanjangan menjadi faktor penyebabnya. Gempa bumi biasanya memicu kegagalan. Cuaca panas yang mendorong pencairan permafrost, salju, atau es gletser juga bisa menjadi pemicunya."

Baca Juga: Sujiwo Tejo Tanya Kenapa ILC Batal Tayang  Di Depan Moeldoko, “Saya Bersyukur Pak Karni Masih Hidup

Sejak rilis laporan awal tahun ini, analisis longsor berikutnya menunjukkan sedikit atau tidak ada pergerakan massa tanah di lereng, meskipun itu sendiri tidak memberi tahu kita banyak, karena penelitian menunjukkan bahwa permukaan batuan telah bergeser setidaknya sejak 50 tahun yang lalu di beberapa titik melambat.

Pandangan keseluruhan adalah bahwa kecepatan mundurnya gletser meningkatkan kemungkinan kegagalan lereng yang lebih dramatis.

"Ketika iklim berubah, lanskap membutuhkan waktu untuk menyesuaikan," kata penulis surat dan ahli geologi Bretwood Higman dari organisasi nirlaba Ground Truth Alaska kepada The Guardian.

Baca Juga: Mata Najwa Malam Ini  Bahas  Satu Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf, Simak Link Live Streamingnya

"Jika gletser menyusut dengan sangat cepat, lereng di sekitarnya dapat mengejutkan, mereka mungkin runtuh secara serempak alih-alih menyesuaikan secara bertahap."

Pemodelan awal dari laporan ilmuwan pada Mei, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa tsunami yang mencapai ketinggian ratusan kaki di sepanjang garis pantai akan diakibatkan oleh runtuhan besar yang tiba-tiba, menyebar ke seluruh Prince William Sound, dan ke teluk dan fjord yang jauh dari sumber terjadinya peristiwa tersebut.

Mungkin kesimpulan yang lebih besar adalah bahwa dampak dari mundurnya gletser yang relatif cepat di era perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman tanah longsor dan tsunami yang serupa di banyak tempat lain di dunia, tidak hanya di Alaska.*(PRMN Jurnal Presisi)

Artikel Ini Telah Terbit di Jurnal Presisi dengan Judul: Ilmuwan Sebut Mega Tsunami akan Datang dalam Hitungan Bulan Akibat Peristiwa Ini

Editor: Nugroho

Sumber: Jurnal Presisi

Tags

Terkini

Terpopuler