LAMONGAN TODAY – Pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara termasuk di Indonesia terus melemah. Jika tidak kunjung diantisipasi, Indonesia terancam masuk jurang resesi.
Sejak meruaknya pandemi COVID-19 bulan Maret lalu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi ke level -5.32 persen pada Triwulan 2 tahun 2020 atau anjlok 8.29 poin persentase dari level 2.97 di triwulan sebelumnya (Triwulan 1 tahun 2020).
Meskipun demikian, kondisi ini belum bisa disebut resesi karena per definisi, resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi bernilai minus selama dua triwulan berturut-turut atau lebih. Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia baru sekali minus yaitu pada triwulan kedua tahun 2020.
“Kalau di Triwulan 3 tahun 2020 nanti pertumbuhan ekonomi kontraksi lagi, barulah perekonomian Indonesia bisa disebut mengalami resesi,” ujar Guru Besar bidang Ilmu Ekonomi Prof Hermanto Siregar dalam siaran pers yang diterima Lamongan Today, Senin, 10 Agustus 2020.
Kontraksi ekonomi yang terjadi pada Triwulan 2 tahun 2020 disebabkan oleh banyak faktor. Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen pengeluaran yaitu konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, konsumsi pemerintah, konsumsi lembaga nonpemerintah dan impor mengalami penurunan. Sementara, dari sisi produksi, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor akomodasi dan makanan minuman mengalami kontraksi yang paling dalam.
“Sektor terbesar yaitu industri terkontraksi -6.19 persen. Kontraksi terparah terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan (-30.84 persen) serta sektor akomodasi dan makanan minuman (-22.02 persen). Ketiga sektor ini berpangsa 25.7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sulit ketiga sektor ini untuk pulih di Triwulan 3 karena dalamnya kontraksi tersebut,” tutur Prof Hermanto.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor perdagangan yang merupakan sektor terbesar ketiga terkontraksi -7.57 persen di Triwulan dua. Sementara itu, ada tiga sektor yang masih tumbuh positif yaitu infokom bertumbuh 10.88 persen, pertanian 2.19 persen dan jasa keuangan (termasuk perbankan) tumbuh 1.03 persen.