Klaim Perekonomian Membaik di Tengah Utang Indonesia Rp5.889 T, 10 Besar Negara Banyak Utang Dunia

25 Oktober 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi uang rupiah. /Pixabay/Mohamad Trilaksono

LAMONGAN TODAY -- Pemerintah mengklaim mampu mengembalikan kondisi perekonomian di Indonesia ke jalur positif.

Hal itu diungkapkan dalam sejumlah indikator telah menunjukkan tren membaik.

Sebut saja, peningkatan realisasi penanaman modal, neraca perdagangan, inflasi yang terkendali, kinerja pasar modal, stabilitas sektor jasa keuangan, hingga ketahanan sektor eksternal.

Baca Juga: Intip Keunggulan dan CC Datsun Go, Harga Bekasnya Sudah Turun Jauh Hingga Rp 50 Jutaan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan keyakinian pemerintah tersebut juga didukung oleh proyeksi yang dilakukan oleh lembaga ekonomi global.

Tahun 2021 mendatang IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,1 persen, World Bank 4,8 persen, ADB 5,3 persen dan OECD 5,3 persen.

Mantan Menteri Perindustrian ini menambahkan realisasi penanaman modal sampai September 2020 sebesar Rp611,6 triliun atau tumbuh 1,7persen (yoy).

Baca Juga: Membanggakan, Jawa Tengah Juara Umum Lomba Kompetensi Siswa 2020, Ini Dia Daftar Pemenangnya

Capaian tersebut merupakan 74,8 persen dari target Penanaman Modal di tahun 2020 sebesar Rp817,1 triliun.

“Secara kumulatif, penyerapan tenaga kerja dari penanaman modal tersebut hingga September 2020 mencapai 861.581 tenaga kerja atau naik 22,50 persen (yoy) dibanding tahun lalu,” ujar Airlangga saat menjadi narasumber dalam acara Teras Kita-Kompas Talks secara daring dikutip lamongantoday.com dari RRI, Sabtu (24/10/2020).

Adapun kinerja perdagangan luar negeri hingga September 2020 mencatat surplus.

Baca Juga: Update Harga HP Samsung dan OPPO yang Anjlok di Shopee Promo Oktober : Galaxy M11,S20,Oppo reno4,A31

Hal ini terjadi seiring penurunan impor lebih dalam dibanding ekspor sehingga neraca perdagangan Januari s.d. September 2020 surplus USD13,51 milliar.

Angka ini lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu defisit USD2,24 miliar dengan total defisit 2019 sebesar USD3,59 miliar.

Perkembangan inflasi di tengah pandemi dipengaruhi oleh kestabilan harga yang terjaga dan kondisi permintaan yang masih membutuhkan dorongan.

Baca Juga: Hati-Hati, Operasi Zebra 2020 Segera Dimulai Jelang Libur Panjang Cuti Bersama, Cek Kendaraanmu

Dukungan stimulus perlindungan sosial diberikan agar dapat mendorong naiknya permintaan melalui peningkatan daya beli masyarakat.

“Di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global, stabilitas sektor eksternal masih terjaga. Cadangan devisa tetap memadai untuk pembayaran utang luar negeri dan stabilisasi nilai tukar,” lanjutnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Dok. Kemenko Perekonomian

Kinerja pasar modal juga mulai menunjukkan pemulihan sejak penurunan tajam pada 24 Maret 2020. Dari saham sektoral, sektor industri dasar dan pertanian telah meningkat di atas 40 persen sejak titik terendahnya.

Baca Juga: Tegas dan Lugas, Partai Demokrat Pastikan Demokrat Tak Tunggangi Demo Tokal Omnibus Law

“Kalau kita lihat pasar modal, kita sudah kembali ke jalur 5000, dari titik terendah di bulan Maret 2020 kemarin. Kita tetap punya daya tahan,” kata Airlangga.

Dia menegaskan, stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga. Ke depan, dengan adanya program seperti Penempatan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di perbankan, diharapkan stabilitas dan pertumbuhan sektor jasa keuangan terus menguat.

Pemerintah mengakui, pandemi Covid-19 menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran.

Baca Juga: Ditangkap di Malang, Lakpesdam PBNU: Gus Nur Penyebar Kebencian kepada NU

Sebelum pandemi terdapat 6,9 juta pengangguran, belum termasuk 3,5 juta pekerja yang di-PHK atau dirumahkan, dan 3 juta angkatan kerja baru yang setiap tahun membutuhkan pekerjaan. Sehingga total kebutuhan lapangan kerja baru mencapai sekitar 13,4 juta.

“Salah satu program pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut adalah dengan Kartu Prakerja,” tutur Airlangga.

Kartu Prakerja, papar Airlangga, telah diakses oleh lebih dari 35,1 juta pendaftar dan yang menerima manfaat mencapai lebih dari 5,59 juta peserta.

Baca Juga: Harga HP OPPO Ini Turun Anjlok Mulai 1 Jutaan di Shopee Promo Oktober: A52, A12, A92, A31, Reno4

Dari jumlah tersebut, peserta yang telah menyelesaikan pelatihan sebanyak 4,6 juta dan yang menerima insentif 3,8 juta peserta.

Selain itu, UU Cipta Kerja juga menjadi instrumen utama dalam mengatasi berbagai tantangan nasional, mulai dari penyediaan lapangan kerja, pemberdayaan UMKM, hingga Reformasi Regulasi.

“Ini semua untuk mendorong transformasi ekonomi dan pemulihan ekonomi nasional,” pungkasnya.

Baca Juga: Viral Naruto Mati, Ustad Yusuf Mansur Ingatkan Soal Siksa Kubur

Untuk diketahui, Bank Dunia mengeluarkan data International Debt Statistics pada 12 Oktober 2020. Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan Utang Luar Negeri (ULN) terbesar di antara negara berpendapatan menengah dan rendah.

Jumlah utang Indonesia mencapai USD 402 miliar, atau sekitar Rp 5.889 triliun (kurs Rp 14.650 per dolar Amerika Serikat).

Sedangkan berdasarkan data Bank Indonesia, pada Agustus 2020, jumlah utang luar negeri Indonesia mencapai USD 413,4 miliar.***

Editor: Nugroho

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler