Setelah kedatangan Islam muncul makanan-makanan seperti bubur suro, ketupat dan termasuk kolak yang dianggap sebagai salah satu media dakwah para penyebar Islam kala itu.
Agar mendapat perhatian bagi orang-orang yang belum memeluk Islam, para ulama memilih media yang mudah dan sederhana, yaitu menggunakan medium kuliner.
Baca Juga: Sejarah Sosrokartono, Sang Jenius Kejawen yang Merupakan Kakak Kandung RA Kartini
Kolak biasanya berisi pisang kepok. Kepok dikaitkan dengan kata “kapok”, dalam Bahasa Jawa berarti jera.
Maksudnya, makanan ini diharapkan menjadi pengingat manusia terutama umat Islam untuk mohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT.
Selain itu, ada telo pendem yang juga dijadikan isian kolak. Kata “pendem” memiliki makna bahwa manusia harus memendam atau mengubur kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, kemudian hidup menjadi lebih baik di jalan yang benar.***