Perwira Tinggi Angkatan Darat Diculik dan Dibunuh Pada Peristiwa G30S PKI, Begini Faktor-faktornya

- 28 September 2022, 15:40 WIB
Film G30S PKI
Film G30S PKI /Instagram @kuechink

LAMONGAN TODAY - G30S PKI menculik dan membunuh para perwira tinggi Angkatan Darat tersebut. Ketujuh korban tersebut di antaranya adalah:

Jendral TNI (Anumerta) Achmad Yani

Letjen (Anumerta) Suprapto

Mayjen (Anumerta) MT Haryono

Letjen (anumerta) Siswondo Parman

Mayjen (Anumerta) DI Panjaitan

Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomihardjo

Letnan Satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tendean

Berdasarkan penyebab-penyebab diatas secara otomatis berdampak pada beberapa hal yang juga berpengaruh terhadap perjalanan bangsa ini. Adapun dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

Kekuatan politik di Indonesia hancur setelah kegagalan kudeta tersebut.

Wibawa Presiden Soekarno menjadi berkurang.

Bersatunya TNI dan kaum agama untuk membalas PKI.

Pembantaian orang-orang yang berhubungan dengan PKI atau dianggap pendukung PKI secara besar-besaran. Bahkan pembantaian ini dikenal di dunia sebagai anti-communist purge.

Pasca pembantaian orang PKI atau yang dianggap PKI, TNI menjadi kekuatan baru.

Kondisi politik bangsa menjadi tidak stabil karena adanya pertentangan di para penyelenggara dan lembaga negara.

Timbulnya demonstrasi besar yang dilakukan oleh rakyat, mahasiswa, KAMI dan KAPPI. Dimana demonstrasi ini mencetuskan Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura. Tritura berisi tiga hal. Pertama permintaan agar PKI dibubarkan, kedua pembersihan kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI dan ketiga adalah turunkan harga.

Reshuffle kabinet untuk memenuhi Tritura. Kabinet Dwikora perlu diperbaharui karena perlu dibersihkan dari para menteri atau pejabat yang memberikan dukungan pada PKI.

Gugurnya mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim karena tertembak pada tanggal 24 Februari 1966pada saat melakukan demonstrasi.

Presiden Soekarno membubarkan KAMI karena dianggap sebagai provokator timbulnya demonstrasi. Dengan kata lain, KAMI yang menyebabkan mahasiswa turun ke jalan.

Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang sering disebut Supersemar. Supersemar ini memberikan kewenangan pada Soeharto untuk menertibkan keamanan dan kelancaran pemerintahan.

Pelarangan organisasi dan partai berhaluan marxisme, leninisme dan komunisme hingga saat ini dikutip dari UMM.

Peristiwa kelam tersebut tentunya membawa impeks besar bagi bangsa ini. PKI kemudian dinyatakan sebagai dalang gerakan tersebut. Penangkapan besar-besaran terjadi. Siapa pun yang tercatat sebagai anggota PKI ditangkap.

Bahkan, orang-orang yang dianggap atau diduga sebagai simpatisan atau berkaitan dengan PKI turut ditangkap.

Tak hanya penangkapan besar-besaran, peristiwa kelam Indonesia ini dikenang denga banyak menewaskan ratusan ribu jiwa. Terjadi tak hanya di ibu kota, namun juga di seluruh wilayah tanah air Indonesia.

Mengenang sejarah kelam tersebut tentunya merupakan suatu catatan hitam yang menyedihkan bagi sejarah bangsa Indonesia. Para jendral dan perwira gugur secara mengenaskan di tangan para penghianat bangsa yang ingin menduduki tahta pemerintahan negara Indonesia.

Tentunya peristiwa ini cukuplah menjadi pelajaran bersejarah bangsa kita agar tetap dan terus menjaga persatuan, keharmonisan, dan kerukunan dalam hidup bernegara.

Terlebih melihat kondisi pemerintah kita saat ini yang terus menerus diterpa berbagai gejolak dan dinamika. Harapannya kita sebagai masyarakat dan mahasiswa juga turut berpartisipasi dan peduli terhadap kondisi bangsa ini guna meminimalisir terjadinya suatu usaha bagi oknum-oknum tertentu yang ingin memecah belah bangsa.***

Editor: Nugroho


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x