LAMONGAN TODAY - Ekonom senior Indonesia, Faisal Basri kembali mengkritisi rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru yang dibangun di Kalimantan Timur.
Faisal Basri menganggap harapan Presiden Joko Widodo membuat IKN baru di Kalimantan selevel Dubai merupakan hal yang tak mungkin.
Soalnya, keadaan masyarakat Indonesia sendiri masih berada dalam taraf mengkhawatirkan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme membuat pembangunan IKN selevel Dubai merupakan hal yang tak mungkin.
Baca Juga: SBY-JK Bisa Backing Anies-AHY Menangkan Pilpres 2024
Selain itu, Faisal Basri menilai pembangunan IKN belum dalam level urgensi. Sehingga, pakar ekonomi itu menyebut pembangunan IKN itu cuma bakal mengorbankan rakyat Indonesia.
"Jadi memang wajib mimpi ini dimusnahkan, dibakar, tidak tersisa," katanya.
Faisal Basri pun menganggap, harapan Jokowi untuk membuat Nusantara menjadi ibu kota terbaik di dunia merupakan haeapan yang terlalu tinggi.
Baca Juga: Berbagai Poin dengan Persija Jakarta, Arema FC Berbangga: Singo Edan Sudah Bekerja Keras
"Untuk rakyat saja belum beres, mau untuk dunia," kata Faisal Basri.
Terutama ketika anggaran PEN dipakai untuk membangun ibu kota baru. Maka sama saja pemerintah mengorbankan kepentingan rakyat.
"Dana PEN ini untuk rakyat, kan. Untuk UMKM. Dana PEN ini, kalau teman-teman lupa, program pemulihan ekonomi nasional. Jadi rakyat langsung dikorbankan demi ibu kota yang bersifat fisik dan (sebenarnya) bisa ditunda," kata Faisal Basri, dikutip dari channel YouTube Refly Harun, Minggu 6 Februari 2022.
Baca Juga: Biodata dan Fakta Rifa Handayani, Sosok yang Viral Ngaku Selingkuh dengan Menteri, Benarkah?
Sementara itu, Faisal Basri menganggap proyek-proyek Jokowi yang terbengkalai akibat harapannya terlalu besar. Dari kereta cepat, jalan tol trans Sumatra, dan yang lain.
"Dan ini ciri khas Pak Jokowi yang menghasilkan proyek-proyek bermasalah bahkan mangkrak," ucap Faisal Basri.
Dilansir Lamongan Today dari Pikiran Rakyat, artikel ini telah tayang dengan judul "Jokowi Mimpikan IKN Baru Bisa Kalahkan Dubai, Faisal Basri: Mimpi Ini Wajib Dibakar Saja."(Mitha Paradilla Rayadi/Pikiran Rakyat)***