Viral Kasus Penganiayaan Santri di Ponpes Gontor Hingga Tewas, Tokoh Ulama Jembrana Bali Turut Bersuara

- 9 September 2022, 18:20 WIB
Foto Kegiatan belajar santri di Pondok Pesantren
Foto Kegiatan belajar santri di Pondok Pesantren /Facebook (Baginda Ali New)/

LAMONGAN TODAY - Belakangan ini dunia pendidikan pesantren di ramaikan dengan kasus penganiayaan santri hingga meninggal di Pondok Pesantren Gontor.

Kasus ini menjadi viral lantaran orang tua korban mengadukan hal tersebut ke pengacara kondang Hotman Paris.

Adapun Peristiwa penganiayaan bermula saat korban AM mengikuti kegiatan Perkemahan Kamis Jumat (Perkaju) Ponpes Gontor, pada 18-19 Agustus 2022.

Menyikapi hal tersebut, Tokoh ulama Bali turut bersuara, menurutnya Tidak Ada Pesantren Yang Mendidik Santrinya Dengan Kekerasan

Baca Juga: Profil Letjen Anumerta R. Suprapto, Pahlawan Revolusi Korban G30S/PKI

Dikutip LamonganToday.com dari laman Facebook Baginda Ali New, berikut pernyataan lengkapnya

Tidak Ada Pesantren Yang Mendidik Santrinya Dengan Kekerasan.

Pekan ini media sosial digemparkan dengan kabar terjadinya kekerasan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa seorang santri yang terjadi di pondok pesantren di salah satu Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sebelumnya dalam beberapa bulan lalu publik juga pernah disuguhi dengan pemberitaan di media tentang kasus kekerasan seksual yang terjadi di salah satu lembaga pendidikan keagamaan di Kabupaten Jombang Jawa Timur.

Pesantren sejak dahulu jauh sebelum negara ini merdeka dari penjajah yang mana kolonial telah mewariskan pendidikan klasikal yang bisa kita lihat sampai hari ini bahkan di jaman kerajaan sebelum kolonial tersebut datang ke bumi pertiwi, Pondok Pesantren telah dikenal sebagai tempat yang paling nyaman dan paling cocok untuk menuntut ilmu di jamannya dan berkembang sampai sekarang. Apalagi setelah Pondok Pesantren saat ini telah berhasil bertransformasi diri dengan mengakomodir pendidikan umum di dalamnya di samping pendidikan agama sehingga pendidikan umum luar pesantren telah bisa dinikmati oleh anak anak santri yang ada di dalam Pondok Pesantren di samping pendidikan agama sebagai pendidikan prioritasnya.

Maka tidak mengherankan jika kemudian banyak santri sekarang yang bisa berprestasi luar biasa seperti menjuarai ajang kompetisi misalnya olimpiade sains tingkat nasional maupun tingkat internasional seperti contoh salah satu santri asal Sukabumi Jawa Barat yang bernama Muhammad Zaky Nur Fajar, alumni SMA Pesantren Unggul Al-Bayan Sukabumi ini telah berhasil meraih Juara II Bidang Business Case pada ajang International Economics Olympiade (IEO) Tahun 2020 yang diselenggarakan di Kazakhstan.

Baca Juga: 6 Pesan Penting Abah Guru Sekumpul, Tentang Keutamaan Sholawat : Akan Merasakan Surganya Dunia

Demikian juga santri yang bernama Salman Alfarisi, salah satu santri Pondok Pesantren Nurul Jadid di Paiton Probolinggo yang pernah dinobatkan menjadi wakil Indonesia dalam ajang Olimpiade Bahasa Mandarin yang berlangsung di Kunming Cina Oktober 2018. Contoh lain misalnya santri Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, Erin Laily Fathima Rahmanto (12) dan Aldyto Rafif Abhinaya (11) Juara dalam sains SD dalam ajang olimpiade sains dan matematika tingkat Asia atau Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary Schools (ASMOPS) International Competition 2017 di Pattaya, Thailand dan sekian banyak contoh lainnya tentang prestasi santri dalam ilmu sains di dunia internasional.

Di sisi lain para orang tua yang menitipkan anak anaknya ke Pondok Pesantren oleh karena memang pesantren tentu memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh sekolah di luar pesantren, sementara pelajaran (umum) yang ada di luar pesantren ( SMP, SMU dan SMK) justru sudah ada di dalam Pondok Pesantren tinggal si santri yang akan memilih sesuai dengan bakatnya.

Para orang tua tentu menitipkan buah hatinya di Pondok Pesantren karena adanya pertimbangan beberapa hal antara lain bahwa:

  1. Santri belajarnya pasti berkonsentrasi penuh karena diawasi selama 24 jam setiap hari sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia sia.
  2. Santri terlatih melakukan ibadah secara rutin yang menjadi kebiasaan mereka karena sudah terjadwal seperti sholat berjamaah, sholat sunnat, baca Al Quran, puasa sunat senin-kamis, amalan amalan sunnat dan ibadah sunnat lainnya sehingga kebiasaan itu nantinya akan terbawa ketika mereka keluar dari pesantren yang sangat bermanfaat bagi kedua orang tuanya.
  3. Santri lebih memahami dan sekaligus mengamalkannya tentang bagaimana model berakhlakul karimah yang mulia dalam pergaulan misalnya hubungan anak kepada orang tua yang dicontohkan langsung oleh para pengasuh pesantren ( Kiyai/ Ustadz) sebagai role model dan pengurusnya oleh karena pada umumnya Pondok Pesantren pasti memiliki visi untuk mencetak generasi yang berilmu dan berakhlak.
  4. Santri bisa dipastikan mereka akan terhindar dari perilaku tawuran pelajar, melawan orang tua, kenakalan remaja, pergaulan bebas muda-mudi (perilaku sex di luar nikah) , penggunaan narkoba, tindak kejahatan akibat salah pergaulan dan seterusnya dibandingkan dengan pelajar di luar Pondok Pesantren yang sangat besar kemungkinannya mereka berpeluang melakukan perilaku negatif tersebut.

Sementara adanya kasus kekerasan di pesantren yang menelan korban jiwa yang diberitakan terutama kekerasan seksual adalah kasuistik yang insidensil semata yang sangat jarang terjadi karena kasus kasus tersebut itu bukan tradisi pesantren. Kekerasan yang disengaja tidak pernah ada di pesantren apa lagi di Pesantren Salafiyah bisa dikatakan mustahil dengan pengawas yang super ketat oleh para personil 'hansip' dan keamanan pesantren.

Baca Juga: Karomah  KH Tubagus Muhammad Falak, Tempuh Jarak Pagentongan ke Banten Hanya Hitungan Menit!

Memang kita tidak bisa tutup mata tentang adanya kasus kekerasan yang terjadi di Pesantren seperti kekerasan fisik antar santri senior dan yunior atau kekerasan seksual antara oknum guru dan santrinya tapi itu hanya satu dua kasus dari sekian ratus ribu Pondok Pesantren di tanah air dan hal itu menjadi PR bagi semua pihak terutama Pengasuh Pesantren untuk mengevaluasi setiap sistem yang ada di Pondok Pesantrennya dan Pengawasan yang lebih ketat lagi pada setiap pergerakan santrinya dan penangannya setiap ada kasus apa saja sebelum berhembus ke ruang publik dan menghindari adanya kesan ditutup-tutupi dan seterusnya yang bisa saja merugikan pesantren pada umumnya.

Kita tentu tetap berharap bahwa kasus itu tidak kemudian disalahpahami oleh masyarakat pada umumnya yang bisa menyebabkan para orang tua kemudian banyak yang berpikir ulang untuk memondokkan putra putrinya padahal tidak semua pondok pesantren yang ada terjadi kasus seperti itu.

Wallahu a'lam Bis Shawab.
(H. Baginda Ali)
Jembrana Bali, 9 September 2022.***

 

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: Facebook


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah