Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama yang Sempat Bentrok dengan PSHT di Banyuwangi

- 12 Maret 2022, 10:07 WIB
Pagar Nusa
Pagar Nusa /Instagram/pagarnuaa_banyuwangi/

LAMONGAN TODAY - Bentrok antar dua perguruan silat di Banyuwangi, yakni Pagar Nusa dan PSHT kembali terjadi, pada hari, Kamis, 10 Maret 2022, dini hari, sekitar pukul 02.15 WIB.

Bentrok itu diketahui melibatkan perguruan silat Pagar Nusa dengan PSHT.

Bentrok Pagar Nusa dan PSHT mengakibatkan satu korban meninggal dunia dan beberapa korban mengalami luka-luka, serta beberapa rumah warga dan satu tempat ibadah rusak.

Baca Juga: Bentrok dengan Pagar Nusa di Banyuwangi, Begini Sejarah PSHT, Berdiri Tahun 1922 dan Berkembang Sangat Pesat

Namun perseteruan tersebut tidak berlangsung lama karena kedua belah pihak telah bersepakat damai yang dideklarasikan dua pihak perguruan silat di Mapolsek Bangorejo.

Pagar Nusa dan PSHT.
Pagar Nusa dan PSHT.

Menurut Ensiklopedia NU, Pagar Nusa bertugas menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia. 

Nama resminya adalah lkatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa kemudian sekarang membuang kata ikatan, menjadi Pencak Silat NU. Sedangkan Pagar Nusa sendiri berarti pagarnya NU dan bangsa. 

Baca Juga: Film Animasi ‘Turning Red’ oleh Domee Shi, Sutradara Akui Karakter Buatannya Terinspirasi dari Boy Group Ini

Dilansir dari Nu.or.id, Pagar Nusa dibentuk pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

NU mengesahkan pendirian dan kepengurusannya melalui Surat Keputusan tertanggal 9 Dzulhijjah 1406/16 Juli 1986.

Lahirnya Pagar Nusa berawal dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. 

Baca Juga: Rhoma Irama Bocorkan Kisah dari Lagu Begadang, Sebut Kisah Kematian

Padahal, pada awalnya pencak silat merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pesantren.

Surutnya pencak silat antara lain ditandai dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat.

Padahal, sebelumnya pondok pesantren merupakan pusat kegiatan ilmu bela diri tersebut.

Baca Juga: Link Live Streaming Atletico vs Cadiz LaLiga Spanyol 12 Maret 2022, Prediksi Line Up, dan Head to Head

Kiai atau ulama pengasuh pondok pesantren selalu merangkap sebagai ahli pencak silat, khususnya aspek tenaga dalam atau hikmah yang dipadu dengan bela diri. Pada saat itu seorang kiai sekaligus juga pendekar pencak silat.

Du sisi Iain tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan segala keanekaragamannya berdasarkan segi agama, aqidah, maupun kepercayaannya.

Perguruan-perguruan itu kadang bersifat tertutup dan saling mengklaim sebagai yang terbaik serta terkuat. 

Baca Juga: Marc Klok Raja Assist, Inilah Top Skor Persib Bandung hingga Pekan 30

Para ulama-pendekar merasa gelisah melihat kenyataan tersebut. KH Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya, menceritakan masalah itu kepada KH Mustofa Bisri di Rembang.

Mereka lalu menemui KH Agus Maksum Jauhari (Lirbow) atau Gus Maksum, yang memang dikenal sebagai tokoh ilmu bela diri.

Pada 27 September 1985 mereka berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. 

Baca Juga: Bentrok Pagar Nusa vs PSHT di Banyuwangi Damai, Perguruan Silat Jargonkan Seduluran Sampai Anak Turun

Tujuannya untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat.

Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, Cirebon, dan Kalimantan.

Kemudian terbitlah Surat Keputusan Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat Milik NU yang disahkan pada 27 Rabi’ul Awwal 1406/ 10 Desember 1985 dan berlaku hingga 15 Januari 1986. 

Baca Juga: Kenakan Peci Hitam dengan Jas Hitam, Jackie Chan Dikalim Resmi Memeluk Agama Islam, CEK FAKTANYA

Musyawarah berikutnya diadakan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 3 Januari 1986.

Musyawarah ini menyepakati susunan Pengurus Harian Jawa Timur yang merupakan embrio Pengurus Pusat. Gus Maksum dipilih sebagai ketua umumnya.

Nama organisasi yang disepakati dalam musyawarah tersebut adalah lkatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama yang disingkat IPS-NU yang kemudian sekarang menjadi PSNU. 

Baca Juga: Rincian Laporan Bentrok Pagar Nusa vs PSHT Banyuwangi Sebelum Berdamai, Libatkan Ratusan Massa

Ketua PWNU Jawa Timur KH Anas Thohir kemudian mengusulkan nama Pagar Nusa. Nama “Pagar Nusa" berasal dan KH Mujib Ridlwan dari Surabaya, putra dari KH Ridlwan Abdullah, pencipta lambang NU.

KH Suharbillah mengusulkan lambang untuk Pagar Nusa, yaitu segi lima yang berwarna dasar hijau dengan bola dunia di dalamnya.

Di depannya terdapat pita bertuliskan “Laa ghaliba illa billah” yang artinya ”tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah”. 

Baca Juga: Bentrok Pagar Nusa vs PSHT, Bupati Minta Tak Terprovokasi: Mari Jaga Keamanan Banyuwangi

Lambang ini dilengkapi dengan bintang sembilan dan trisula sebagai simbol pencak silat.

Sedangkan kalimat ”Laa ghaliba illa billah” merupakan usul dari KH Sansuri Badawi untuk mengganti kalimat sebelumnya, yaitu ”Laa ghaliba ilallah”.

Untuk membentuk susunan pengurus tingkat nasional, PBNU di Jakarta membuat surat pengantar kesediaan ditunjuk menjadi pengurus. 

Baca Juga: Kronologi Bentrok Pagar Nusa vs PSHT di Banyuwangi, Anggota Silat Tembus Barikade Ratusan Personel TNI-Polri

Surat ini ditandatangani Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Achmad Siddiq.***

Editor: Nugroho

Sumber: NU Online


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah