LAMONGAN TODAY - Peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Imam Prakoso mengatakan Tiongkok mempunyai kepentingan strategis terhadap Laut China Selatan (LCS) atau Laut Natuna Utara.
Dari berbagai sumber yang didapatkan, kata Imam, kepentingan strategis itu di antaranya LCS memiliki peranan penting sebagai jalur perdagangan Tiongkok dan pelaksanaan Maritime Silk Road pada Belt Road Initiative (Program utama ekonomi terintegrasi Tiongkok).
Kemudian, LSC mempunyai Sumber Daya Alam (SDA) perikanan dan cadangan migas sebesar 160 triliun kaki kubik gas dan 12 miliar barel minyak yang sangat vital untuk menunjang ketahanan pangan dan energi Tiongkok,” ungkapnya dalam Press Briefing IOJI secara virtual, seperti dikutip Lamongan Today dari Antara, Minggu 26 September 2021.
Baca Juga: Gus Baha Ingin Dirikan Cafe di Semua Masjid, Ternyata Ini Alasannya
Pada Mei 2021, IOJI disebut menemukan keberadaan kapal ikan Tiongkok yang dikawal kapal China Coast Guard (CCG).
Akan tetapi, dikatakan intrusi kapal itu terdapat di wilayah Zona Ekonomi Eksekutif (ZEE) yang overlap antara Indonesia dan Vietnam.
"Jadi, kapal ikan Tiongkok tidak masuk jauh sampai bawah batas landas kontinen (Indonesia),” ujar dia.
Baca Juga: Roro Esti Nyatakan 'Political Will' Dibutuhkan untuk Transisi Energi
Selanjutnya, tambahnya, beberapa sumber menyebutkan Tiongkok akan memulai eksploitasi cadangan migas di LCS tidak lama lagi.
Selain itu, secara militer LCS dinilai bisa dijadikan buffer zone (zona penyangga) jika Amerika Serikat dan sekutu melakukan serangan di daratan Tiongkok.
"Buffer zone itu menahan serangan secara militer supaya tidak langsung menyasar ke daratan Tiongkok,” ungkap Imam.
Dampaknya, katanya, apabila terjadi pertempuran pada zona penyangga, maka akan sangat merugikan negara-negara yang mempunyai wilayah ZEE, termasuk Indonesia di Laut Natuna Utara, sehingga akan mengganggu aktivitas ekonomi dan keamanan Indonesia.***