Terus Desak Pemerintah Turun dari Jabatan, Perdana Menteri Sri Lanka Bersedia Bicara dengan Demonstran

15 April 2022, 10:26 WIB
Unjuk rasa di Sri Lanka. /Reuters/Dinuka Liyanawatte/

LAMONGAN TODAY - Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa, akhirnya bersedia melakukan pembicaraan bersama para demonstran, yang seminggu terakhir terus meminta pemerintah sekarang untuk turun dari jabatan.

Krisis ekonomi yang semakin memburuk menyebabkan rakyat Sri Lanka semakin gelisah. Keadaan ekonomi yang tak segera membaik tersebut menurut rakyat dikarenakan oleh ketidakmampuan pemerintah.

Sri Lanka saat ini tengah berada pada gejolak krisis keuangan terburuk dari mulai kemerdekaannya di tahun 1948.

Baca Juga: Pengusaha Mikro UMKM PKL hingga Nelayan bisa Masuk Syarat Penerima BPUM BLT UMKM 2022 Rp600 Ribu Tanpa ATM

Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang tersebut kekurangan mata uang asing yang menghalangi impor bahan bakar dan obat-obatan. Hal tersebut berdampak dengan pemadaman listrik berjam-jam setiap hari.

Ribuan orang turun ke jalan. Di antaranya aksi di ibu kota komersial, Kolombo, untuk mengecam pemerintah.

Terlebih untuk menuntut pemimpin negara, yakni Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri, Mahinda Rajapaksa.

Baca Juga: Cara Buat atau Ganti PIN di ATM untuk Bank BRI, Mandiri, BNI, dan BCA Lengkap Tips Kombinasi PIN yang Aman

"Perdana menteri siap memulai pembicaraan dengan para pengunjuk rasa di Galle Face Green," kata juru bicara kantornya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 14 April 2022.

“Jika pengunjuk rasa siap bahas proposal mereka untuk menyelesaikan krisis bangsa saat ini, maka perdana menteri siap mengundang perwakilan mereka untuk berunding,” ujarnya lagi.

Banyak dari demonstran yang sampai berkemah di tempat demo, dengan jumlah semakin bertambah pada beberapa hari ini.

Baca Juga: UPDATE Harga Kurma Terbaru 2022, Bisa Diolah Jadi Kue Atau Hidangan Sahur dan Buka Puasa

Warga dengan memaksa bermalam dan bertahan di sana, serta mengatakan cuma akan pergi apabila duet Rajapaksa mengundurkan diri.

Rumor lebih tak terkontrol, ketika aliansi oposisi utama, Samagi Jana Balawegaya (SJB) menyebut presiden dan perdana menteri cuma mempunyai waktu seminggu untuk turun.

Apabila tidak, oposisi mengancam akan memberikan mosi tidak percaya di depan parlemen terhadap kedua pimpinan Sri Lanka tersebut.

Baca Juga: 10 Status Lucu dan Kocak Bulan Ramadhan, Bisa Bikin Kamu Ngakak Kebangetan

“Stabilitas politik adalah prasyarat untuk pembicaraan IMF. Rakyat tidak percaya pada pemerintahan ini,” kata Penyelenggara Nasional SJB, Eran Wickramaratne.

Wickramaratne menegaskan pemerintah lebih baik menyerah dan lengser, karena suara oposisi lebih dari cukup untuk 'menghabisi' mereka di parlemen.

Sementara itu, pemerintah mengklaim mereka menguasai mayoritas pada 225 anggota parlemen. Pertemuan sudah diagendakan minggu selanjutnya.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Mengenali Karakter Melalui Pintu Rumah, Jangan Berkhianat Terkejut!

Walau demikian, faktanya lebih dari dua lusin legislator keluar dari koalisi yang berkuasa dan menyatakan diri mereka independen minggu kemarin.

Sri Lanka akan mengawali negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) minggu selanjutnya untuk program pinjaman usai berbulan-bulan tertunda akibat krisis yang semakin parah.

Disclaimer: artikel ini telah tayang dengan judul "Rakyat Sri Lanka Naik Pitam, Perdana Menteri Akhirnya Bersedia Temui Perwakilan Demonstran."(Siti Aisah Nurhalida Musthafa/Pikiran Rakyat)***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler