Lagu yang ia bawakan yaitu Ujang-Ujang Nur. Warga yang melihat pun merasa terhibur dan memberikan imbalan uang bagi Benyamin.
Namun siapa sangka, Benyamin ternyata tidak memiliki cita-cita pasti termasuk sebagai seniman. Ia dahulu pernah mendaftar menjadi pilot namun gagal karena dilarang ibunya.
Baca Juga: Ahli ITB Bongkar Tsunami 20 Meter Bakal Terjang Selatan Jawa Barat
Ia pun akhirnya bekerja di perusahaan bisa sebagai kondektur dengan trayek Lapangan Banteng – Pasar Rumput.
Karir senimannya mulai nampak jelas ketika ia bergabung ke grup Naga Mustika. Lewat gurp itulah ia berhasil menjadi penyanyi terkenal di Indonesia.
Ketenarannya semakin bertambah setelah ia berduet dengan Ida Royani. Duet Benyamin Sueb-Ida Royani menjadi yang terpopuler kala itu.
Baca Juga: Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Terus Bertambah, Tower 4 Wisma Atlet Kemayoran Dibuka
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawi serta Intan Berduri (1972) yang disutradari Sjumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron atau film televisi Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan, ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.***