Anak Alami 'Learning Loss' saat PJJ Akibat Pandemi Covid-19, Atasi dengan Cara Ini

5 September 2021, 11:30 WIB
Ilustrasi belajar. /PIXABAY/finelightarts

LAMONGAN TODAY - Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya learning loss kepada anak, terlebih yang saat ini harus belajar dari rumah akibat pandemi COVID-19.

Learning loss merupkan istilah yang merujuk pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik akibat suatu keadaan tertentu, katanya dikutip Lamongan Today dari Antara, Minggu 5 September 2021.

Kondisi itu, di antaranya yaitu masa libur panjang dalam kalender akademik, peristiwa putus sekolah yang dialami peserta didik akibat kemiskinan, sampai ditutupnya sekolah tatap muka sebagai dampak dari pandemi yang mengharuskan siswa menjalani pembelajaran jarak jauh.

Baca Juga: Kecanduan Nonton Bokep Dapat Sebabkan Gangguan, Ahli: Bisa Akibatkan Kerusakan Otak

Indra mengatakan bahwa kondisi learning loss tidak sepenuhnya akibat pembelajaran jarak jauh atau sebab tidak adanya pembelajaran tatap muka. Learning loss malah seringkali disebabkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya dalam pembelajaran online.

Di kondisi ini, guru mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang selanjutnya mengakibatkan murid mudah merasa jenuh dan malas belajar.

Adapun tips-tips yang diberikan Indra untuk para guru agar mencegah learning loss pada siswa.

Baca Juga: Penyitas Covid-19 Beresiko Idap Gangguan Bipolar, Depresi, dan Skizofrenia

"Pertama, pendidik harus mempunyai growth mindset yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang sesuai keberlangsungan zaman. Sebagai contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini justru mempercepat pendidik dan siswa dalam menghadapi era digital yang perkembangannya kian cepat dari waktu ke waktu," kata Indra.

Kedua, pendidik juga harus mengetahui Socio-Technical Knowledge Management di era digital yang terdiri dari Infokultur, Infostrukur dan Infrastuktur.

Infokultur adalah transfer informasi pada era digital, di antaranya yang biasa disebut blended learning yaitu perpaduan antara manusia dan teknologi.

Baca Juga: BLT Dana Desa Disalurkan untuk Pulihkan Ekonomi, 75 Ribu Desa Dipetakan di Seluruh Indonesia: 300 Ribu Per KPM

Infostruktur berhubungan dengan hal-hal identitas lembaga di dunia maya, yaitu alamat situs, akun-akun sivitas yang berhubungan dengan nama domain lembaga. Institusi pendidikan harus memiliki domain khusus seperti sch.id atau ac.id untuk penyediaan e-mail guru dan siswa supaya proses transfer informasi tidak akan tercampur dengan keperluan pribadi.

Selain domain, lembaga pendidikan juga harus menyediakan aplikasi-aplikasi yang bisa dipakai menunjang kegiatan pembelajaran.

Sedangkan infrastruktur berhubungan dengan sarana dan prasarana, gawai, listrik sampai internet yang menjadi aspek vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan era digital.

Baca Juga: Segera Rilis Mobil Tanpa Setir Buatan Tesla 2023, Simak Bocorannya: Diproduksinya Di Shanghai China

Terakhir, pendidik mulai menjalankan kelas modern (Flipped Classroom), yang memadukan aspek asynchronous dan synchronous dengan efisien.

Dalam tahap asynchronous siswa mempelajari materi secara mandiri di luar kelas baik daring maupun luring.

"Pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini. Lalu di tahap synchronous, pertemuan di dalam kelas baik secara daring maupun luring digunakan untuk aktivitas kolaborasi aktif dari masing-masing siswa yang mendorong penalaran tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan cara project based learning, antara lain melalui presentasi, diskusi, bedah kasus, atau debat," pungkas Indra.***

Editor: Achmad Ronggo

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler