CIA Berhasil Bongkar Peristiwa G30S PKI, Bagaimana Sikap Pemerintah Indonesia?

- 22 September 2021, 23:18 WIB
Ilustrasi: Peringatan peristiwa G30S PKI.
Ilustrasi: Peringatan peristiwa G30S PKI. /tangkap layar cagarbudaya.kemdikbud.go.id

CIA memberanikan diri untuk membuka arsip memo singkat harian untuk presiden (PDB) periode 1961-1965, sebagaimana dikutip dari laman Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-66.

Arsip-arsip tersebut diketahui berkaitan dengan upaya kudeta di Indonesia. Dari arsip tersebut memperlihatkan jika terdapat belasan ribu halaman memo harian CIA yang merujuk UU dengan status rahasia negaranya telah kedaluwarsa.

Baca Juga: Pesona Luan Luan Gaming yang Pikat Pengguna ML dengan Tato Di Tangannya, Simak Profilnya

Salah satu fakta utama dari Gerakan 30 September di Jakarta itu diungkapkan seperti teori beberapa akademisi, salah satunya John Roosa. Sebagaimana diberitakan KabarLumajang.com pada artikel "Inilah Fakta Peristiwa G30S PKI yang Berhasil Diungkap Oleh CIA", dalam memo-memo itu, intelijen AS melaporkan bahwa aktor utama konflik adalah faksi militer pimpinan Soeharto serta perwira yang loyal pada PKI.

Sementara merujuk dalam salah satu paragraf memo tentang Gestok 1965, CIA menyatakan bahwa saat itu Partai Komunis bersiap bentrok dengan tentara dalam beberapa hari mendatang. Sebaliknya, faksi di militer terus mencari celah melemahkan kekuatan PKI.

Dari sini , CIA berusaha untuk memberi rekomendasi Presiden Lyndon B. Johnson agar menunggu pemenang pertarungan politik yang nantinya melapangkan jalan bagi Orde Baru itu.

Baca Juga: Tak Sebentar, Perjalanan Asmara Eva Celia dan Demas Narawangsa Bertahun-tahun Rasakan Pahit-Manisnya Asmara

Situasi Indonesia kala itu masih sangat membingungkan. Tidak ada hasil yang pasti untuk perubahan politik. Belum ada jawaban tentang adakah peran Soekarno di dalamnya. Dua pihak yang bergerak sama-sama mengklaim setia kepada presiden.

Namun sayangnya, catatan dari memo tersebut sebagian tetap disensor dengan cara kalimat tertentu distabilo putih agar tidak terlalu mudah diakses publik. Beberapa sejarawan meyakini peristiwa 30 September 1965 adalah manuver politik terkait perang dingin. Teori keterlibatan Amerika Serikat itu setidaknya diulas oleh sejarawan Petrik Matanasi, penulis buku, ‘Tjakrabirawa’.

Sasaran penculikan dalam peristiwa tersebut adalah Jenderal yang bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Dari sini , kelompok G30S meyakini Amerika sedang berusaha mengobok-obok Indonesia. Para jenderal yang diculik sebagian besar adalah tokoh penting yang menentukan arah perkembangan Angkatan Darat.

Halaman:

Editor: Nugroho

Sumber: Kabar Lumajang


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x